|
|
e-BinaAnak -- Natal (II)
694/Desember/II/2014
Salam kasih Natal,
Kelahiran Yesus Kristus mengingatkan kita akan kasih Allah dan
serangkaian karya agung-Nya yang dilakukan-Nya bagi kita. Kelahiran
Yesus Kristus membawa kebahagiaan bagi setiap orang percaya karena
Sang Juru Selamat hadir ke dunia dengan kekudusan-Nya. Betapa kita
tidak bersyukur, kita yang adalah manusia berdosa, telah diberi hadiah
terindah dan terbesar dalam hidup kita, yaitu Yesus Kristus. Marilah
kita merenung sejenak dan berdoa, sudahkah Yesus Kristus benar-benar
lahir di dalam hati kita? Sudahkah hidup kita mencerminkan kasih Yesus
yang tinggal di dalam hati kita? Kami mengajak setiap Anda untuk
berdoa supaya Tuhan menyelidiki dan mengajar hati kita, untuk semakin
mendekat kepada Tuhan. Tak lupa, segenap redaksi e-BinaAnak
mengucapkan "Selamat Natal 2014", kiranya melalui semangat Natal ini,
kita semakin menjadi pribadi yang sesuai dengan kehendak Kristus.
Amin. Tuhan Yesus memberkati.
Staf Redaksi e-BinaAnak,
Santi T.
< http://pepak.sabda.org/>
Natal yang sesungguhnya menorehkan kesan yang mengubahkan hati dan
bukan kesenangan sesaat. (David)
TIP: MERAYAKAN HARI NATAL DI RUMAH
Bagaimana Anda dapat meninggalkan kesan indah di hari Natal untuk
anak-anak? Kesan dan pengalaman rohani apa yang bisa Anda berikan,
yang sesuai dengan dunia mereka? Pendidikan iman apa yang dapat Anda
berikan dalam kesempatan Natal ini? Ada beberapa ide yang bisa Anda
pilih untuk merayakan Natal di rumah.
1. Menjelaskan tentang Sinterklas
Saya tidak bisa melupakan masa-masa indah dan lucu di hari Natal. Saat
memasukkan rumput ke dalam sepatu dan meletakkannya di kolong tempat
tidur. Saat saya menengadah ke langit-langit rumah dan berkata kepada
sinterklas, "Bapak sinterklas, saya minta mainan dokter-dokteran."
Saat pagi-pagi, saya melongok ke kolong ranjang dan melihat mainan
dokter-dokteran sudah ada di dekat sepatu tanpa rumput lagi. Saat saya
kecewa setelah mengetahui bahwa yang meletakkan hadiah bukannya
sinterklas, tetapi ibu dan kakak-kakak saya. Namun, itu juga merupakan
saat-saat kesenangan menyelip di hati karena mengetahui bahwa mereka
memerhatikan saya di hari Natal. Saat-saat indah dan lucu itu tidak
akan terulang lagi karena saya sudah akan menjadi seorang ibu.
Kontroversi:
Sebagai seseorang yang pernah merasakan hal itu, saya ingin
mengulanginya untuk anak saya. Namun, sebagai seorang penginjil dan
pendidik anak, saya mengakui bahwa hal itu tidak sehat bagi kerohanian
anak. Ada orang yang berkata, "Tokoh anak-anak masih hidup di dalam
imajinasinya, dan hal itu tidak ada pengaruh apa-apa dalam hidup
kerohanian anak-anak di masa mendatang." "Sama saja tokoh dengan
menceritakan cerita dongeng?" "Kasihan anak-anak kalau tidak boleh
merasakan pengalaman dengan sinterklas, padahal waktu kita kecil kita
pun percaya pada sinterklas."
Ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan tentang masalah sinterklas
ini:
A. Kejujuran orang tua.
Apakah bedanya menceritakan cerita dongeng dengan menceritakan
eksistensi sinterklas kepada anak? Sudah tentu ada bedanya. Ketika
kita menceritakan dongeng, seperti Donald Duck, kita tidak menekankan
kebenaran dari cerita itu. Tujuan utama dari cerita dongeng adalah
"entertainment" dan mengembangkan daya imajinasi anak. Kita dapat
mengatakan kepada anak bahwa cerita itu tidak sungguh-sungguh terjadi,
hanya dibuat oleh manusia. Donald Duck hanya ada di buku, film, atau
bonekanya saja. Bagaimana dengan sinterklas? Kebanyakan dari kita
justru menekankan kebenaran keberadaan sinterklas, jika tidak, kita
tidak punya kekuatan untuk meyakinkan anak untuk tidak nakal supaya
bisa mendapatkan hadiah. Dalam hal ini permasalahannya bukan terletak
pada dampak bagi anak, akan tetapi tanggung jawab pribadi orang tua
kepada Tuhan dalam hal kejujuran dengan anak. Hal ini memang kelihatan
kecil, anak-anak pun menikmati kebohongan orang tua sebagai sesuatu
yang indah di masa kecilnya. Akan tetapi, bagaimana dengan integritas
iman orang tua kepada Tuhan? Jika hal yang kecil sudah diabaikan, jika
akhirnya kita kompromi karena sejarah sudah meng-"OK"-kan hal ini, di
manakah letak tanggung jawab kita sebagai orang Kristen?
B. Pengenalan anak akan kebenaran.
Pada usia yang sangat muda (Balita), anak masih berpikir secara
konkret. Segala sesuatu dianggap benar (termasuk dongeng). Jika
berbicara mengenai tikus yang berbicara, anak akan menganggap tikus
betul-betul bisa berbicara. Semakin majunya zaman, anak-anak semakin
hidup di dalam alam yang tidak konkret (power rangers, dll.).
Masalahnya sekarang adalah, ketika kita menceritakan cerita Alkitab,
mereka akan menempatkan cerita ini dalam golongan yang sama dengan
dongeng. Bahkan, mungkin mereka lebih tertarik dengan cerita-cerita
dongeng daripada cerita Alkitab. Dengan kita menghadirkan sinterklas
sebagai tokoh yang hadir "hari ini", "di sini", tanpa kita sadari kita
semakin melemahkan cerita Alkitab. Tuhan Yesus yang di dalam
kenyataannya hadir "hari ini", "di sini", digantikan dengan sinterklas
yang sebenarnya adalah tokoh legendaris saja. Akhirnya, anak dalam
usianya yang muda mengenal hal yang tidak benar.
C. Fokus iman anak.
Dalam menghadapi permasalahan sinterklas ini, kita harus bertanya,
"Apakah saya percaya bahwa anak saya yang masih kecil dapat mempunyai
hubungan pribadi dengan Tuhan?" Pertanyaan ini sangat menentukan sikap
Anda menghadapi tradisi sinterklas. Jika Anda memegang prinsip bahwa
dalam usia balita, anak belum mampu untuk berhubungan dengan Tuhan;
jika Anda beranggapan bahwa masa kecil hanya merupakan masa persiapan
bagi anak untuk memiliki pengertian iman di masa dewasa, Anda tidak
akan mempermasalahkan masalah sinterklas ini.
Masalah sinterklas akan menjadi serius jika Anda memegang prinsip
bahwa Anda percaya dan rindu agar anak mempunyai hubungan pribadi
dengan Tuhan di usia balitanya. Sekalipun pengalaman dengan dongeng
sinterklas tidak berpengaruh untuk kehidupan iman pada masa dewasa,
bukankah dongeng itu sudah berpengaruh dalam kehidupan iman pada masa
kecilnya, pada hari Natal tersebut? Pada saat itu, anak-anak
seharusnya menikmati waktu doa kepada Tuhan Yesus, tetapi mereka
menikmati doa kepada sinterklas. Pada saat anak-anak seharusnya
belajar melihat keistimewaan bayi surga yang lahir di kandang, mereka
lebih menikmati bapak tua yang secara instan memberikan apa yang
mereka inginkan. Sudah barang tentu, untuk anak-anak, keberadaan
sinterklas yang konkret lebih mudah diterima. Akhirnya, di hari Natal,
kita memfokuskan iman anak-anak pada objek yang salah.
Bagaimana sebaiknya?
Kita harus mengetahui kebenaran yang sesungguhnya dari keberadaan
sinterklas, dan itulah yang akan kita ceritakan kepada anak-anak.
Sinterklas sebenarnya adalah tokoh legendaris yang cukup baik untuk
dicontoh oleh anak-anak. Nama kecil Sinterklas adalah Nikolas. Sejak
kecil, Nikolas adalah orang yang sangat dermawan. Dia sangat
memerhatikan kebutuhan tetangganya yang miskin, dan dengan diam-diam
memberikan apa yang diperlukan tetangganya untuk pernikahan anak-anak
gadisnya. Pemberian itu ia masukkan ke dalam kaus kaki yang sedang
dijemur dekat perapian. Kemurahan hati Nikolas menyebar ke seluruh
daerahnya, dan sepanjang hidupnya ia berikan untuk orang lain. Ia
sangat baik dengan anak-anak, dan banyak memberikan hadiah untuk
mereka. Akhirnya, Nikolas dianggap sebagai orang suci (Santa). Ia
lebih dikenal sebagai Santa Claus.
Bukankah cerita ini memang baik untuk diceritakan kepada anak-anak?
Akan tetapi, sayangnya, tokoh Nikolas tidak lagi hanya sebagai tokoh
teladan, akan tetapi tokoh pemujaan bagi anak-anak. Tokoh Nikolas
telah menggantikan posisi utama dari Tuhan Yesus pada hari Natal.
Sebenarnya, kita dapat memakai kesempatan Natal untuk menceritakan
teladan Santa Claus dan mengajarkan arti kemurahan hati. Ketika anak-
anak melihat sinterklas, tekankanlah bahwa Tuhan Yesus sangat senang
dengan anak-anak yang murah hati seperti Santa Claus. Anak-anak pun
bisa bermurah hati di hari Natal dengan memberi hadiah kepada orang
lain (pembantu, anak-anak yatim, tukang sapu, tukang sampah, dll.).
Untuk menghubungkan dengan cerita Alkitab, kita juga bisa
menghubungkan dengan kemurahan hati pemilik penginapan di Betlehem,
pemberian hadiah dari orang-orang Majus, dan gembala. Lebih dari itu,
kita bisa menghubungkan dengan Kasih Allah yang memberikan Yesus untuk
kita sehingga kita kenal siapakah Allah yang tidak kelihatan itu.
Kita tidak perlu "antisinterklas". Jika ada sinterklas di mal,
supermarket, dll., kita juga bisa mengajak anak-anak ikut. Namun,
tidak untuk sekadar anak-anak mendapatkan hadiah langsung dari tangan
sinterklas, tetapi untuk melihat bagaimana sinterklas membagikan
hadiah. Ketika Anda dan anak Anda duduk menantikan giliran, ingatkan
anak bahwa bapak itu memakai baju Bapak Nikolas dan mencontoh
perbuatan Bapak Nikolas. Tekankan kepada anak betapa senangnya
memberi. Ajak anak melihat bahwa Bapak Nikolas sering tersenyum dan
tertawa karena ia sering memberi. Memberi adalah perbuatan yang baik
yang Tuhan suka. Demikian juga para gembala dan orang-orang Majus
sangat senang dan bahagia karena mereka memberikan persembahan kepada
Tuhan. Jangan lupa untuk menyeimbangkan pengalaman anak Anda ini
dengan pengalaman memberikan persembahan di gereja.
2. Membuat Hiasan Natal
Persiapan yang paling umum pada hari Natal adalah mendekorasi rumah
dengan pohon Natal dan dekorasi-dekorasi lainnya. Anda dapat membuat
hiasan-hiasan Natal bersama anak Anda. Buatlah sesuatu yang sederhana
dan mengandung arti bagi Anda dan anak Anda. Buatlah kue-kue yang
dibentuk bermacam-macam simbol Natal (gembala, bintang, malaikat, bayi
Yesus, dll.). Sambil membuat hiasan-hiasan atau mencetak kue tersebut,
buatlah percakapan yang mendidik dengan anak Anda, misalnya:
Untuk Balita: Sekarang, kita mau membuat bintang. Waktu Tuhan Yesus
lahir, Bapa di surga membuat bintang yang besar sekali supaya orang-
orang tahu di mana Yesus lahir.
Untuk anak-anak: Kamu tahu tidak, mengapa Allah Bapa membuat bintang
yang besar sekali waktu Tuhan Yesus lahir?
Untuk anak besar: Waktu kamu lahir di rumah sakit, suster menuliskan
kartu di tempat tidur kamu supaya tamu yang datang bisa tahu yang mana
anak mama. Namun, waktu Tuhan Yesus lahir, tandanya hebat sekali.
Bukan kartu, tetapi bintang di langit. Seluruh dunia bisa melihatnya.
Tuhan Yesus memang sangat istimewa. Menurutmu, hal istimewa apa lagi
yang ada pada kelahiran Tuhan Yesus?
Selain untuk perayaan Natal di rumah, hiasan-hiasan dan kue tersebut
bisa dijadikan hadiah untuk saudara-saudara atau teman dekat di
sekeliling Anda. Anak akan mempunyai pengalaman belajar "memberi pada
hari Natal".
3. Membantu Mempersiapkan Pesta Natal di Dapur
Melibatkan anak untuk bekerja di dapur kadang-kadang memang
merepotkan. Akan tetapi, sebenarnya hal ini dapat menjadi pengalaman
belajar yang berguna bagi mereka.
Anak usia 2,5 -- 4 tahun: berikanlah tugas-tugas sederhana seperti
merobek-robek kol, meremas-remas kacang goreng supaya terlepas dari
kulitnya, mencuci kentang, atau hal-hal lain yang tidak membutuhkan
alat masak selain tangan anak sendiri. Jangan mengharapkan
kesempurnaan. Tujuan Anda adalah partisipasi anak, bukanlah hasil
kerja anak. Jika Anda membuat kue, anak dapat membantu menuang tepung,
gula, dan bahan-bahan kering lain yang sudah ditimbang ke dalam
mangkuk dan mengaduknya.
Anak 5 -- 6 tahun: perkenalkan alat-alat masak sederhana yang tidak
tajam dan tidak membahayakan, misalnya pisau tumpul (di bawah
pengawasan) untuk mengupas atau memotong sayuran yang lunak dan buah.
Anak-anak usia ini adalah pekerja yang rajin. Dengan kesempatan
membantu yang saudara berikan, anak belajar menghargai diri dan hasil
pekerjaannya.
Anak 7 -- 9 tahun: mereka sudah dapat membantu menata meja, memasukkan
dan mengeluarkan adonan ke dan dari oven, memakai microwave, mixer,
blender, dll.. Awasilah pekerjaan anak.
Anak 10 -- 12 tahun: mereka sudah bisa memasak makanan sederhana
dengan menggunakan resep. Ketika Anda mengerjakan masakan yang sulit,
berikan mereka resep masakan sederhana. Anda harus terus mengawasi dan
siap membantu ketika mereka bertanya atau membutuhkan bantuan.
Dengan partisipasi ini, mereka akan lebih menikmati makan malam Natal
dengan rasa bangga. Ketika waktu makan tiba, Anda bisa memuji hasil
kerja anak dan mengatakan bahwa apa yang dilakukan sangat berarti pada
ulang tahun Tuhan Yesus. Mintalah salah satu anggota keluarga berdoa:
"Tuhan Yesus, selamat ulang tahun. Kami sekeluarga merayakan ulang
tahun-Mu dengan masakan istimewa yang dibuat oleh (nama anak Anda)
sebagai ucapan terima kasih kami akan kasih-Mu, dalam nama Tuhan
Yesus. Amin."
4. Mempersiapkan Acara Natal Bersama
Pengalaman menarik lain di masa kecil saya adalah ketika mempersiapkan
acara Natal di gereja. Latihan-latihan bersama teman-teman di gereja
sangat menyenangkan. Akan tetapi, lebih menyenangkan lagi ketika saya
melihat foto drama keluarga. Melihat saya berperan sebagai pembantu,
kakak saya berperan sebagai kakek tua, keponakan-keponakan saya
berperan sebagai anak-anak yang sedang bermain, dsb.. Memori indah
kembali muncul ketika melihat foto tersebut. Anda pun dapat
mempersiapkan acara yang dapat memberikan kesan bagi anak di masa
dewasa nanti. Persiapkanlah waktu tiap minggu untuk latihan lagu-lagu
Natal, drama Natal, dll. untuk disajikan di gereja, panti asuhan, atau
dalam kebaktian keluarga, dengan mengundang tetangga-tetangga di dekat
rumah Anda.
Hal ini akan memberikan dampak selain mempererat hubungan keluarga,
memantapkan pengetahuan dan pengenalan mereka akan arti Natal, mereka
juga dilatih untuk mengembangkan talenta bagi pelayanan.
5. Merayakan Malam Natal di Rumah
Salah seorang pembaca Buletin Eunike pernah melakukan hal yang unik
dengan anak-anaknya di rumah. Pada malam Natal, ia meletakkan banyak
sekali lilin di atas meja. Kemudian, ia dan suami serta anak-anaknya
duduk di atas karpet melingkari meja tersebut, lampu dimatikan dan
mereka menyanyikan lagu puji-pujian kepada Tuhan, berdoa bergantian
mengucapkan selamat ulang tahun kepada Tuhan Yesus.
Bagi anak-anak kecil, pengertian bahwa Natal adalah hari ulang tahun
Tuhan Yesus, lebih mudah dicerna. Jika anak-anak sudah cukup besar,
bisa minta mereka menceritakan hal yang berkesan bagi mereka dari
cerita kelahiran Tuhan Yesus yang sering mereka dengar di sekolah
minggu atau cerita yang dibacakan di rumah.
Jika Anda mempunyai anak perempuan yang kreatif dan romantis, Anda
bisa membelikan mereka patung-patungan kecil tentang peristiwa Natal
dan pohon Natal kecil yang bisa diletakkan di kamarnya. Sediakan juga
bantalan doa kecil. Biarkan dengan kreativitas anak tersebut, ia
merayakan Natal sendiri di kamarnya.
Diambil dan disunting dari:
Nama situs: Eunike (Buletin Pendidikan Iman Anak)
Alamat URL: http://www.oocities.org/~eunike-net/01_10/natal95/
Penulis artikel: Tidak dicantumkan
Tanggal akses: 30 September 2014
BAHAN MENGAJAR: MENGENAL KISAH KELAHIRAN YESUS MELALUI INJIL MATIUS
Ditulis oleh: Santi T.
Bacaan: Lukas 1:26-38
Cara bermain:
1. Bagilah semua anak SM menjadi beberapa kelompok. Maksimal 4 orang
per kelompok.
2. Ajaklah semua anak SM membuka Lukas 1:26-38.
3. Guru SM memberi pengarahan:
a. Ketika guru SM membacakan firman Tuhan, semua anak SM harus
mendengarkan sambil membaca Lukas 1:26-38.
b. Mintalah anak SM untuk mencatat kata-kata yang menurut mereka
penting.
c. Setelah guru SM selesai membaca, bacakan pertanyaan-pertanyaan
diskusi.
d. Setiap kelompok harus menulis jawaban yang benar sesuai dengan
cerita dalam Lukas 1:26-38, tanpa membuka Alkitab.
4. Guru SM membacakan isi Lukas 1:26-38 dengan keras. Semua anak SM
ikut menyimak.
5. Guru SM membacakan pertanyaan-pertanyaan diskusi.
Daftar pertanyaan:
a. Siapakah nama malaikat yang disuruh Allah untuk pergi ke Nazaret?
b. Siapakah nama perawan tunangan Yusuf yang ditemui oleh malaikat
Gabriel?
c. Apa yang disampaikan malaikat Gabriel kepada Maria? (anak-anak
boleh menjawab dengan kalimat mereka sendiri, yang penting intinya
sama)
d. Apakah tanggapan Maria terhadap perkataan malaikat Gabriel?
(langsung percaya/bingung, lalu percaya/tidak percaya)
e. Siapa nama anak laki-laki yang dikandung dan akan dilahirkan oleh
Maria?
6. Mintalah setiap kelompok untuk menyebutkan jawaban atas pertanyaan
A sampai E.
7. Guru SM membuat kesimpulan tentang cerita kelahiran Yesus Kristus
dan memberi evaluasi tentang hasil diskusi kelompok.
8. Doa penutup.
"Bapa kami yang ada di surga, kami mengucap syukur atas kasih-Mu bagi
kami. Engkau telah memberikan Yesus Kristus, Sang Juru Selamat, lahir
di dalam hati kami. Ajarilah kami, Tuhan Yesus, untuk senantiasa
mengingat kasih-Mu dan membagikannya kepada sesama kami. Terima kasih
Tuhan Yesus karena hari ini, kami boleh disegarkan kembali dengan
firman-Mu tentang kelahiran Yesus Kristus. Amin."
Kontak: binaanak(at)sabda.org
Redaksi: Davida, Santi T., dan Elly
Berlangganan: subscribe-i-kan-binaanak(at)hub.xc.org
Berhenti: unsubscribe-i-kan-binaanak(at)hub.xc.org
Arsip: http://sabda.org/publikasi/e-binaanak/arsip/
BCA Ps. Legi Solo, No. 0790266579, a.n. Yulia Oeniyati
(c) 2014 -- Yayasan Lembaga SABDA < http://ylsa.org > 
Untuk berlangganan kirim e-mail ke: subscribe-i-kan-BinaAnak hub.xc.org
Untuk berhenti kirim e-mail ke: unsubscribe-i-kan-BinaAnak hub.xc.org
Untuk arsip: http://www.sabda.org/publikasi/e-binaanak/
Pusat Elektronik Pelayanan Anak Kristen: http://www.sabda.org/pepak/
|
|