|
|
e-BinaAnak -- Ibadah Sekolah Minggu (I)
Edisi 738/September/I/2016
Salam sejahtera,
Setiap hari Minggu, anak-anak dibawa untuk datang kepada Tuhan melalui
sekolah minggu. Pertanyaannya, apakah anak-anak sudah menyadari untuk
apa mereka datang beribadah di sekolah minggu? Apakah mereka tidak
sekadar datang untuk bertemu teman, bernyanyi, atau menghabiskan waktu
liburan pada hari Minggu? Inilah tantangan untuk para pelayan anak.
Kita sendiri harus mulai mengevaluasi diri kita, apakah selama ini
ibadah dalam sekolah minggu sudah berjalan sesuai dengan kebenaran
firman Tuhan, atau ibadah dilakukan hanya untuk membuat anak-anak
senang di sekolah minggu?
Kami mengajak kita semua untuk bersama-sama belajar mengenai makna
ibadah yang sebenarnya. Melalui artikel dalam edisi ini, kiranya kita
bisa melihat perspektif yang benar dari firman Tuhan tentang ibadah
sehingga kita bisa menjadikannya dasar untuk membangun ibadah yang
benar di sekolah minggu. Kiranya menjadi berkat. Tuhan Yesus
memberkati.
Pemimpin Redaksi e-BinaAnak,
Davida
< evie(at)in-christ.net >
< http://pepak.sabda.org/>
ARTIKEL: IBADAH
Nas: Nehemia 8:6-7
Yang dimaksud dengan ibadah ialah aneka tindakan dan sikap yang
menghargai dan menghormati kelayakan Allah semesta langit dan bumi
yang agung. Jadi, ibadah berpusat pada Allah dan bukan pada manusia.
Di dalam ibadah Kristen, kita menghampiri Allah dengan bersyukur
karena apa yang telah dilakukan-Nya bagi kita di dalam Kristus dan
melalui Roh Kudus. Ibadah menuntut komitmen iman dan pengakuan bahwa
Dialah Allah dan Tuhan kita.
Sejarah Singkat Ibadah kepada Allah yang Benar
Umat manusia telah menyembah Allah sejak awal sejarah. Adam dan Hawa
secara teratur bersekutu dengan Allah di Taman Eden (bd. Kej. 3:8).
Baik Kain maupun Habel membawa persembahan (Ibr.: "minhah" yang juga
diterjemahkan sebagai upeti atau hadiah) berupa tanaman dan ternak
kepada Tuhan (Kej. 4:3-4); keturunan Set "memanggil nama Tuhan" (Kej.
4:26). Nuh mendirikan mezbah bagi Tuhan untuk mempersembahkan korban
bakaran setelah air bah (Kej. 8:20). Abraham membangun mezbah-mezbah
korban bakaran bagi Tuhan di berbagai tempat di negeri perjanjian
(Kej. 12:7-8; 13:4,18; 22:9) dan berbicara secara akrab dengan Dia
(Kej. 18:23-33; 22:11-18).
Akan tetapi, baru setelah peristiwa keluaran ketika Kemah Suci
didirikan, ibadah yang umum memperoleh bentuknya. Setelah itu, korban-
korban yang tetap dipersembahkan setiap hari dan secara khusus pada
hari Sabat. Allah juga menetapkan beberapa hari raya agama tahunan
sebagai saat-saat penyembahan umum bagi Israel (Kel. 23:14-17; Im.
1:1-7:38; 16:1-34; Im. 23:4-44; Ul. 12:1-32; 16:1-22). Ibadah ini
kemudian dipusatkan di Bait Suci di Yerusalem. Ketika Bait Suci
dibinasakan pada tahun 586 sM, orang Yahudi membangun sinagoge sebagai
tempat pendidikan dan ibadah sementara mereka berada dalam pembuangan
dan di mana pun mereka tinggal. Bangunan-bangunan ini masih dipakai
sebagai tempat ibadah, bahkan setelah bait suci yang kedua dibangun di
bawah pimpinan Zerubabel (pasal-pasal Ezr. 3:1-6:22). Terdapat banyak
sinagoge di Palestina dan seluruh wilayah Roma pada masa PB (misal:
Luk. 4:16; Yoh. 6:59; Kis. 6:9; 13:14; Kis. 14:1; 17:1,10; 18:4; 19:8;
22:19).
Ibadah gereja mula-mula dilaksanakan di Bait Suci Yerusalem dan rumah-
rumah pribadi (Kis. 2:46-47). Di luar Yerusalem, orang Kristen
beribadah dalam sinagoge selama mereka diizinkan; ketika tidak
diperbolehkan lagi, mereka berkumpul di tempat lain untuk beribadah --
biasanya di rumah-rumah pribadi (Kis. 18:7; Rm. 16:5; Kol. 4:15; Flm.
1:2), sekalipun kadang-kadang di gedung-gedung umum (Kis. 19:9-10).
Ungkapan-Ungkapan Ibadah Kristen
1. Dua prinsip pokok menentukan ibadah Kristen.
a. Penyembahan yang sesungguhnya terjadi dalam roh dan kebenaran
(Yoh. 4:23). Penyembahan harus diadakan sesuai dengan penyataan
diri Allah di dalam Putra-Nya (Yoh. 14:6). Demikian pula, ibadah
melibatkan roh manusia dan bukan hanya pikirannya, serta
berbagai manifestasi Roh Kudus (1 Kor. 12:7-12).
b. Pelaksanaan ibadah Kristen harus sesuai dengan pola PB bagi
gereja (Kis. 7:44). Orang percaya dewasa ini harus mendambakan,
mencari, dan mengharapkan sebagai norma untuk gereja semua unsur
pengalaman menyembah yang terdapat di PB
2. Ciri utama ibadah PL adalah sistem persembahan korban (Bil. 28:1-
29:40). Karena korban Kristus di salib menggenapi sistem ini, di
dalam ibadah Kristen tidak perlu pencurahan darah lagi (Ibr. 9:1-
10:18). Melalui sakramen Perjamuan Kudus, gereja PB terus-menerus
memperingati korban Kristus yang satu kali untuk selamanya (1 Kor.
11:23-26). Demikian pula, gereja dinasihatkan untuk "senantiasa
mempersembahkan korban syukur kepada Allah, yaitu ucapan bibir yang
memuliakan nama- Nya" (Ibr. 13:15) dan untuk mempersembahkan tubuh
kita "sebagai persembahan yang hidup, yang kudus, dan yang berkenan
kepada Allah".
3. Memuji Allah sangat penting bagi ibadah Kristen. Pujian menjadi
unsur penting baik dalam penyembahan Israel kepada Allah (misal:
Mzm. 100:4; 106:1; 111:1; 113:1; 117:1-2) maupun dalam ibadah
Kristen yang mula-mula (Kis. 2:46-47; 16:25; Rm. 15:10-11; Ibr.
2:12)
4. Satu cara penting untuk memuji Allah ialah dengan menyanyikan
mazmur, kidung puji-pujian, dan nyanyian rohani. PL penuh dengan
nasihat untuk bernyanyi bagi Tuhan (misal: 1 Taw. 16:23; Mzm. 95:1;
96:1-2;
Mzm. 98:1,5-6; 100:1-2). Ketika Yesus lahir, seluruh bala
sorgawi tiba-tiba menyanyikan pujian (Luk. 2:13-14), dan gereja PB
merupakan masyarakat yang menyanyi (1 Kor. 14:15; Ef. 5:19; Kol.
3:16; Yak. 5:13). Nyanyian orang Kristen PB dinyanyikan, baik
dengan akal budi (yaitu, dengan bahasa yang dikenal) maupun dengan
roh. Tidak pernah mereka memandang nyanyian sebagai sekadar
hiburan.
5. Unsur penting lainnya dalam ibadah ialah mencari wajah Allah di
dalam doa. Para orang saleh PL senantiasa berkomunikasi dengan
Allah melalui doa (misal: Kej. 20:17; Bil. 11:2; 1 Sam. 8:6; 2 Sam.
7:27; Dan. 9:3-19; Yak. 5:17-18). Para rasul berdoa terus-menerus
setelah Yesus naik ke surga (Kis. 1:14) dan doa menjadi bagian
tetap dari ibadah Kristen bersama (Kis. 2:42; 20:36; 1 Tes. 5:17)
Doa-doa ini bisa bagi diri mereka sendiri (misal: Kis. 4:24-30)
atau merupakan doa syafaat demi orang lain (misal: Rm. 15:30-32;
Ef. 6:18). Pada segala waktu doa Kristen harus disertai ucapan
syukur kepada Allah (Ef. 5:20; Flp. 4:6; Kol. 3:15,17; 1 Tes.
5:18). Sebagaimana halnya bernyanyi, doa dapat dipanjatkan dengan
bahasa yang diketahui atau dengan bahasa roh (1 Kor. 14:13-15).
6. Pengakuan dosa jelas merupakan bagian penting dalam ibadah PL.
Allah telah menetapkan Hari Pendamaian bagi bangsa Israel sebagai
saat pengakuan dosa nasional (Im. 16:1-34). Dalam doanya pada saat
menahbiskan bait suci, Salomo mengakui pentingnya pengakuan dosa
(1 Raj. 8:30-39). Ketika Ezra dan Nehemia sadar betapa jauhnya umat
Allah telah meninggalkan hukum-Nya, mereka memimpin seluruh bangsa
itu di dalam suatu doa pengakuan dosa umum yang khusyuk (Neh. 9:1-
38). Demikian pula, dalam "Doa Bapa Kami", Yesus mengajarkan orang
percaya untuk memohon pengampunan dosa (Mat. 6:12). Yakobus
menasihati orang percaya untuk mengakui dosa-dosa mereka satu
terhadap yang lain (Yak. 5:16); melalui pengakuan tersebut, kita
menerima kepastian akan pengampunan Allah yang murah hati (1 Yoh.
1:9).
7. Ibadah juga harus mencakup membaca Alkitab di depan umum serta
pemberitaannya secara benar. Pada zaman PL, Allah mengatur supaya
setiap tujuh tahun, pada Hari Raya Pondok Daun, umat Israel harus
berkumpul untuk mendengarkan pembacaan Hukum Musa di muka umum (Ul.
31:9-13); contoh paling jelas dari unsur ibadah PL ini terjadi pada
masa Ezra dan Nehemia (Neh. 8:2-13). Pembacaan Alkitab menjadi
bagian tetap dari ibadah di sinagoge pada hari Sabat (Luk. 4:16-19;
Kis. 13:15); demikian pula, ketika orang percaya PB berkumpul untuk
ibadah, mereka juga mendengarkan firman Allah (1 Tim. 4:13; Kol.
4:16; 1 Tes. 5:27) bersama dengan ajaran, khotbah, dan nasihat
berlandaskan pembacaan itu (1 Tim. 4:13; 2 Tim. 4:2; Kis. 19:8-10;
20:7).
8. Manakala umat Allah PL berkumpul di pelataran Tuhan, mereka
diperintahkan untuk membawa persepuluhan dan persembahan (Mzm.
96:8; Mal. 3:10). Demikian pula, Paulus menulis kepada jemaat di
Korintus mengenai sumbangan untuk gereja Yerusalem, "Pada hari
pertama dari tiap-tiap minggu hendaklah kamu masing-masing --
sesuai dengan apa yang kamu peroleh -- menyisihkan sesuatu" (1 Kor.
16:2). Dengan demikian, ibadah yang benar kepada Allah harus
menyediakan kesempatan untuk memberikan persepuluhan dan
persembahan kita kepada Tuhan.
9. Sebuah unsur unik dalam masyarakat PB yang menyembah ialah peranan
Roh Kudus dan berbagai manifestasinya. Di antara manifestasi
tersebut, dalam tubuh Kristus terdapat karunia berkata-kata dengan
hikmat, berkata-kata dengan pengetahuan, ungkapan-ungkapan iman
yang khusus, karunia-karunia penyembuhan, kuasa-kuasa mukjizat,
nubuat, membedakan roh-roh, berbicara dengan bahasa roh, dan
menafsirkan bahasa roh itu (1 Kor. 12:7-10). Sifat kharismatik
ibadah kristiani mula-mula selanjutnya dilukiskan dalam petunjuk
Paulus, "Bilamana kamu berkumpul, hendaklah tiap-tiap orang
mempersembahkan sesuatu; yang seorang mazmur, yang lain pengajaran,
atau penyataan Allah, atau karunia bahasa roh, atau karunia untuk
menafsirkan bahasa roh, tetapi semuanya itu harus dipergunakan
untuk membangun" (1 Kor. 14:26). Di dalam surat Korintus, Paulus
memberikan prinsip-prinsip yang dengannya mereka mengatur aspek ini
dari ibadah mereka (1 Kor. 14:1-33).
Prinsip yang paling berpengaruh ialah bahwa pemakaian setiap
karunia Roh Kudus selama ibadah harus memperkuat dan menolong
seluruh jemaat (1 Kor 12:7; 14:26).
10. Unsur unik lainnya dalam ibadah PB ialah penyelenggaraan sakramen
-- baptisan dan Perjamuan Kudus. Perjamuan Kudus (atau upacara
"memecahkan roti" -- Kis. 2:42) tampaknya dilaksanakan setiap hari
sesudah hari Pentakosta (Kis. 2:46-47), dan kemudian sekurang-
kurangnya seminggu sekali (Kis. 20:7,11). Baptisan, sebagaimana
diperintahkan Kristus (Mat. 28:19-20), terjadi bila ada orang yang
bertobat dan ditambahkan kepada gereja (Kis. 2:41; 8:12; Kis.
9:18; 10:48; 16:30-33; 19:1-5).
Berkat-Berkat Allah bagi Penyembah yang Sejati
Ketika terjadi ibadah yang sungguh-sungguh, Allah mempersiapkan banyak
berkat bagi umat-Nya. Ia berjanji:
1. untuk menyertai mereka (Mat. 18:20) dan memasuki persekutuan yang
intim (Why. 3:20);
2. untuk menaungi umat-Nya dengan kemuliaan-Nya (Kel. 40:35; 2 Taw.
7:1; 1 Ptr. 4:14);
3. untuk memberkati umat-Nya dengan hujan berkat (Yeh. 34:26),
khususnya dengan damai sejahtera (Mzm. 29:11);
4. untuk memberikan sukacita melimpah (Mzm. 122:1; Yoh. 15:11);
5. untuk menjawab doa orang-orang yang berdoa dengan iman yang
sungguh-sungguh (Mrk. 11:24; Yak. 5:15);
6. untuk memenuhi umat-Nya kembali dengan Roh Kudus dan keberanian
(Kis. 4:31);
7. untuk mengirim aneka manifestasi Roh Kudus di antara umat-Nya
(1 Kor. 12:7-13);
8. untuk menuntun umat-Nya kepada seluruh kebenaran melalui Roh Kudus
(Yoh. 15:26; 16:13);
9. untuk menguduskan umat-Nya melalui Firman dan Roh-Nya (Yoh. 17:17-19);
10. untuk menghibur, memberi semangat dan kekuatan kepada umat-Nya
(Yes. 40:1; 1 Kor. 14:26; 2 Kor. 1:3-4; 1 Tes. 5:11);
11. untuk menginsafkan umat-Nya akan dosa, kebenaran, dan penghakiman
oleh Roh Kudus, dan
12. untuk menyelamatkan orang berdosa yang diinsafkan akan dosa dalam
kebaktian ibadah (1 Kor. 14:22-25).
Berbagai Penghalang Ibadah yang Benar
Hanya karena orang yang mengaku diri umat Allah berkumpul untuk
beribadah bukanlah jaminan bahwa penyembahan yang benar sedang
dilaksanakan, atau bahwa Allah menerima pujian mereka dan mendengarkan
doa-doa mereka.
1. Jikalau ibadah kepada Allah hanyalah sekadar upacara dan ucapan
bibir, sedangkan hati umat Allah jauh dari Dia. Kristus dengan
keras mengecam kemunafikan orang Farisi -- secara harfiah mereka
menaati hukum-hukum-Nya padahal hati mereka jauh dari Dia (Mat.
15:7-9; 23:23- 28; Mrk. 7:5-7). Perhatikan kecaman sama yang
ditujukan kepada jemaat Efesus yang tetap menyembah Tuhan, tetapi
tidak lagi mengasihi Dia dengan sungguh-sungguh (Why. 2:1-5).
Paulus mengingatkan orang percaya bahwa mereka yang ikut dalam
Perjamuan Kudus tanpa meninggalkan dosa dan tanpa mengindahkan
persekutuan saudara-saudara seiman di dalam Kristus akan
mendatangkan hukuman atas dirinya sendiri (1 Kor. 11:28- 30). Jadi,
kita dapat mengharapkan Allah menghampiri kita dan menerima
penyembahan kita hanya apabila hati kita dalam hubungan yang benar
dengan Dia (Yak. 4:8; bd. Mzm. 24:3-4).
2. Halangan lainnya terhadap ibadah sejati ialah gaya hidup penuh
kompromi, dosa, dan kebejatan. Allah menolak untuk persembahan
menerima korban Raja Saul karena Saul tidak menaati perintah-Nya
(1 Sam. 15:1-23). Yesaya mengecam umat Allah sebagai "bangsa yang
berdosa, kaum yang sarat dengan kesalahan, keturunan yang jahat-
jahat" (Yes. 1:4); akan tetapi, pada saat yang sama mereka
mempersembahkan korban dan merayakan hari-hari besar mereka. Karena
itu, Tuhan menyatakan melalui Yesaya, "Perayaan-perayaan bulan
barumu dan pertemuan-pertemuanmu yang tetap, Aku benci melihatnya;
semuanya itu menjadi beban bagi-Ku, Aku telah payah menanggungnya.
Apabila kamu menadahkan tanganmu untuk berdoa, Aku akan memalingkan
muka-Ku, bahkan sekalipun kamu berkali-kali berdoa, Aku tidak akan
mendengarkannya, sebab tanganmu penuh dengan darah" (Yes. 1:14-15).
Demikian pula, dalam gereja PB, Yesus mendorong para penyembah di
Sardis untuk bangun karena "tidak satu pun dari pekerjaanmu Aku
dapati sempurna di hadapan Allah-Ku" (Why. 3:2). Demikian pula,
Yakobus menunjukkan bahwa Allah tidak akan mendengarkan doa yang
mementingkan diri dari orang yang belum memisahkan diri dari dunia
(Yak. 4:1-5). Umat Allah dapat mengharapkan Dia mendekat dan
menerima ibadah mereka hanya apabila mereka memiliki tangan yang
bersih dan hati yang murni (Mzm. 24:3-4; Yak. 4:8).
Diambil dari:
Nama situs: Alkitab SABDA
Alamat URL: http://alkitab.sabda.org/article.php?id=8419
Penulis artikel: Tidak dicantumkan
Tanggal akses: 10 September 2016
BAHAN MENGAJAR: DISIPLIN BERIBADAH
Rencana pelajaran yang singkat ini adalah untuk memperkenalkan kepada
anak konsep beribadah sebagai bentuk disiplin rohani. Pelajaran ini
didesain untuk anak-anak dalam kelompok kecil, tetapi bisa juga
diadaptasi untuk kelompok yang lebih besar.
Topik: Cara-cara untuk beribadah kepada Allah.
Ayat Alkitab: Mazmur 100:2
Target usia: Kelas 1 -- 5 SD
Persiapan: Sebelum kelas dimulai, cetaklah atau tulis beberapa cara
untuk beribadah kepada Allah dalam selembar kertas. Misalnya:
bernyanyi, membaca Alkitabmu, berdoa, bertepuk tangan, menari,
beribadah sendiri dengan Tuhan, beribadah bersama di gereja, dan
sebagainya.
Pendahuluan: Mulailah pelajaran dengan membaca ayat kunci bersama
anak-anak.
Jelaskan: Berikan definisi dari arti kata "ibadah". Guru dapat melihat
dalam kamus < http://kamus.sabda.org > atau dalam artikel dalam edisi
ini. Beribadah kepada Allah adalah untuk menyatakan kemuliaan dan
hormat kepada Allah.
Berbicara tentang ibadah: Allah memanggil kita untuk melakukan ibadah
secara pribadi maupun bersama-sama umat percaya lainnya. Dalam ibadah
tersebut, kita membaca Alkitab, berdoa, bernyanyi, dan berkhotbah
(mendengarkan khotbah). Inti dari beribadah adalah hati kita disiapkan
untuk memuliakan dan menghormati Allah dalam setiap perbuatan kita.
Kita harus melihat setiap kesempatan yang ada dalam hidup kita untuk
beribadah kepada Allah. Ibadah tidak hanya di dalam gereja setiap hari
Minggu, ibadah dapat dilakukan di mana saja, bahkan ketika kita di
rumah atau sekolah. Kita dapat menyembah Allah dengan memuji Dia lewat
pujian. Kita juga dapat berdoa, mengucap syukur atas sinar matahari
yang diberikan-Nya. Beribadah kepada Allah adalah tentang menyatakan
cinta kepada Allah.
Aktivitas: Minta anak-anak untuk mengulang kembali cara-cara untuk
beribadah kepada Allah. Tempelkan di papan tulis, lembaran kertas dari
setiap kata yang sudah Anda cetak atau tulis ketika anak menyebutkan
kata yang sama. Tolong anak untuk mengulang kembali cara-cara untuk
beribadah kepada Allah. Lakukan praktik beribadah dengan membaca Kitab
Suci, berdoa, dan memuji Tuhan bersama. (t/Davida)
Diterjemahkan dan disunting dari:
Nama situs: Ministry-To-Children
Alamat URL: http://ministry-to-children.com/discipline-of-worship/
Judul asli artikel: The Spiritual Discipline of Worship
Penulis artikel: Brandy Riddle
Tanggal akses: 12 September 2016
Kontak: binaanak(at)sabda.org
Redaksi: Davida, Rostika, dan Elly
Berlangganan: subscribe-i-kan-binaanak(at)hub.xc.org
Berhenti: unsubscribe-i-kan-binaanak(at)hub.xc.org
Arsip: http://sabda.org/publikasi/e-binaanak/arsip/
BCA Ps. Legi Solo, No. 0790266579, a.n. Yulia Oeniyati
(c) 2016 -- Yayasan Lembaga SABDA < http://ylsa.org >
Untuk berlangganan kirim e-mail ke: subscribe-i-kan-BinaAnakhub.xc.org
Untuk berhenti kirim e-mail ke: unsubscribe-i-kan-BinaAnakhub.xc.org
Untuk arsip: http://www.sabda.org/publikasi/e-binaanak/
Pusat Elektronik Pelayanan Anak Kristen: http://www.sabda.org/pepak/
|
|