|
|
___e-BinaAnak (Milis Publikasi Elektronik untuk Para Pembina Anak)____
DAFTAR ISI EDISI 454/OKTOBER/2009
- SALAM DARI REDAKSI: Mempersiapkan Generasi Masa Depan Gereja
- ARTIKEL 1: Anak-Anak dalam Sejarah Gereja
- ARTIKEL 2: Haruskah Anak-Anak Berada di Gereja?
- MUTIARA GURU
- BAHAN MENGAJAR: Coba Lagi
- STOP PRESS: Perayaan 15 Tahun SABDA 19 -- 23 Oktober 2009
______________________________________________________________________
Korespondensi dan kontribusi bahan dapat dikirimkan ke redaksi:
<binaanak(at)sabda.org> atau <owner-i-kan-binaanak(at)hub.xc.org>
Bergabunglah dalam Fan Page e-BinaAnak di Facebook!
Kunjungi sekarang juga: http://fb.sabda.org/binaanak
______________________________________________________________________
SALAM DARI REDAKSI
MEMPERSIAPKAN GENERASI MASA DEPAN GEREJA
Shalom,
Ada gereja yang membuka kelas sekolah minggu bersamaan dengan ibadah
umum orang dewasa. Salah satu alasannya adalah karena anak-anak
tidak mungkin dapat mengikuti ibadah umum orang dewasa dengan baik
sehingga dapat menimbulkan gangguan selama ibadah umum berlangsung.
Alasan ini mungkin ada benarnya. Namun, apakah kita mau kehilangan
saat-saat ketika para generasi masa depan gereja bisa belajar secara
langsung hal-hal yang terdapat dalam ibadah gereja? Sekolah minggu
perlu sering-sering membawa anak-anak mengikuti ibadah gereja orang
dewasa. Tentu saja harus dengan persiapan yang matang dan terencana.
Harus ada misi yang jelas pula, yaitu mengajarkan secara langsung
makna gereja kepada anak-anak.
Kita akan melihat pentingnya melibatkan anak-anak dalam kegiatan
gereja dengan melihat bagian anak-anak itu sendiri dalam sejarah
gereja. Selain itu, ada pula artikel mengenai membiasakan anak
mengikuti ibadah gereja orang dewasa. Dari sana, para pelayan anak
dapat mengadaptasinya untuk program pengenalan gereja terhadap
anak-anak. Kiranya menjadi berkat bagi Anda semua.
Tidak lupa kami sampaikan kabar gembira untuk Anda! Saat ini para
pelanggan e-BinaAnak dapat saling berinteraksi melalui halaman
e-BinaAnak di Facebook dalam Fan Page e-BinaAnak. Bagi Anda yang
telah memiliki akun di Facebook, segeralah bergabung bersama kami.
Silakan masuk ke halaman http://fb.sabda.org/binaanak untuk segera
bergabung sekarang juga! Terima kasih.
Selamat melayani!
Pimpinan Redaksi e-BinaAnak,
Davida Welni Dana
http://www.sabda.org/publikasi/arsip/e-binaanak/
http://pepak.sabda.org/
"Ingatlah, jangan menganggap rendah seorang dari anak-anak kecil
ini. Karena Aku berkata kepadamu: Ada malaikat mereka di sorga yang
selalu memandang wajah Bapa-Ku yang di sorga." (Matius 18:10)
< http://sabdaweb.sabda.org/?p=Matius+18:10 >
______________________________________________________________________
ARTIKEL
ANAK-ANAK DALAM SEJARAH GEREJA
Gereja pada abad pertama tidak memerhatikan pendidikan anak, baik
dalam hal pengetahuan dasar (baca tulis) atau pun dalam iman
Kristen. Kelas-kelas dibentuk pada abad pertama dan kedua untuk
petobat baru, dan, diperkirakan, anak-anak yang lebih dewasa masuk
dalam kelas para petobat baru yang yang dikenal dengan nama "sekolah
katekumen" ini. Kelas-kelas tersebut dibagi dalam "tingkatan", atau
dikelompokkan menurut tingkat yang sesuai dengan komitmen
masing-masing orang. "Pendengar" diizinkan untuk mendengarkan
pembacaan Alkitab dan khotbah. "Pelutut" diizinkan tinggal lebih
lama untuk berdoa dan mendengar lebih banyak firman; mereka diuji
seturut dengan disiplin dan kebiasaan hidup Kristen. "Yang Terpilih"
diberi instruksi teologis secara intensif dan dipersiapkan untuk
dibaptis. Sekolah katekumen terus berlanjut selama beberapa abad,
tetapi kemudian memburuk kira-kira setelah abad kelima.
Sekolah-sekolah katekisasi muncul pada akhir abad kedua untuk
melatih para pelayan dan sarjana Kristen. Sekolah-sekolah ini
didirikan di seluruh dunia Kristen, dan suatu aturan dibentuk
sehingga suatu kelompok jemaat mau bersama-sama mendukung sekolah
"episkopal" atau "katedral". Meski demikian, sekolah-sekolah ini
tidak untuk semua anak atau bahkan semua anak laki-laki. Mereka
hanya menerima anak-anak yang dipersiapkan untuk menjadi pendeta
gereja.
Baru pada beberapa dekade setelah Reformasi orang-orang Kristen
memerhatikan pendidikan baca tulis dasar bagi anak-anak secara umum
dan manfaat pembelajaran Alkitab dalam pendidikan anak-anak muda.
Marthin Luther mendukung pendidikan yang lebih luas bagi anak-anak.
Namun, adalah John Amos Comenius, pada akhir abad enam belas, yang
sangat mendesak tersedianya pendidikan Kristen bagi semua anak.
Comenius, Philip Spener, dan August Hermann Francke adalah
orang-orang yang aktif mengenalkan pembelajaran Alkitab kepada
pendidikan Kristen di berbagai bidang. Abad pertama telah
menggunakan beberapa ayat tertentu dari Alkitab untuk dihafalkan di
luar kepala dalam pengajaran katekumen, tetapi media cetak sekarang
telah memungkinkan terwujudnya penggunaan Alkitab secara lebih luas
lagi.
Sekolah minggu pertama yang didirikan oleh Robert Raikes lebih
banyak ditujukan untuk memberikan pengetahuan dasar (baca tulis)
kepada anak-anak di Sooty Alley agar dapat menerima keselamatan.
Editor Gloucester mendirikan sekolah minggu pertamanya di dapur Ibu
Meredith. Dia membayar Ibu Meredith untuk mengajar anak-anak itu dan
kemudian mempekerjakan orang lain. Namun, dia "di luar" gereja, dan
hanya ada sedikit pendeta yang mendukungnya. Para pendeta yang
mendukungnya itu di antaranya adalah John Wesley dan William Fox.
Mereka berdua sejak awal memberi dukungan pada Raikes, bahkan
sebelum Raikes mengaku pada masyarakat umum tentang apa yang sedang
terjadi di dapur Gloucester selama hampir tiga tahun. Gerakan itu
terus berkembang. Ketika Raikes meninggal pada tahun 1811, sudah ada
hampir setengah juta anak yang terlibat dalam sekolah minggunya.
William Fox mendirikan Sunday School Society di London pada tahun
1785, dan, dengan didukung oleh beberapa temannya yang kaya, dia
mulai menyebarkan ide-idenya.
Ketika gerakan sekolah minggu sampai di Amerika, gerakan ini menjadi
semakin sedikit menggunakan program pengetahuan dasar dan semakin
menuju pada penginjilan. Tahun 1810, sekolah minggu versi Amerika
diizinkan masuk ke gereja. Ketika gereja mulai ikut terlibat, mereka
menjadi lebih tertarik pada isi pengajarannya, dan
denominasi-denominasi membentuk dewan atau komisi sekolah minggu
untuk mengawasi pendidikan di gereja-gereja lokal.
Awal abad dua puluh memberikan program yang lebih banyak dan lebih
luas, yang ditujukan pada pendidikan moral dan spiritual anak.
Program pramuka disusun antara tahun 1910 dan 1912. Child Evangelism
Fellowship mulai berdiri tahun 1923. Bila pramuka cenderung
menggunakan pendekatan sekuler, Child Evangelism Fellowship lebih
banyak bekerja melalui Good News Clubs, mengumpulkan anak-anak di
lingkungan mereka untuk dibawa kepada Kristus. CEF dan perkembangan
lembaga-lembaga untuk anak terus berlanjut. Christian Service
Brigade, Pioneer Clubs, Awana Youth Association, dan Christian Youth
Crusaders -- masing-masing membentuk program pendidikan anak Kristen
yang terus berkembang dan lebih baik: setiap program dilakukan tanpa
memandang denominasi dan ditujukan untuk membawa anak-anak kepada
Kristus dan pemuridan. (t/Ratri)
Diterjemahkan dari:
Judul buku: Childhood Education in the Church
Judul asli artikel: Children in Church History
Penulis: Robert E. Clark, Joanne Brubaker, Roy B. Zuck
Penerbit: Moody Press, Chicago 1986
Halaman: 9 -- 11
--Bergabunglah dalam: http://fb.sabda.org/binaanak--
______________________________________________________________________
ARTIKEL 2
HARUSKAH ANAK-ANAK BERADA DI GEREJA?
Saat ini beberapa kalangan gereja memperdebatkan mengenai perlunya
anak-anak berada dalam gereja selama ibadah berlangsung? Jawaban
dari perdebatan tersebut sangat tergantung dari pandangan gereja dan
apa yang kita lihat atau inginkan untuk anak-anak kita dalam gereja
pada masa depan.
Apakah anak-anak harus berada dalam gereja? Tentu saja. Anda tidak
setuju? Teruskanlah membaca artikel ini. Saat saya masih berusia 20
tahun, sebagai wanita muda yang terlibat dalam sekolah minggu dan
sebagai seorang guru profesional, jawaban saya secara teori terhadap
pertanyaan di atas adalah, "Harus! Anda tidak dapat mengajarkan
kehampaan. Anda tidak dapat mengajarkan tentang gereja jika
anak-anak dikeluarkan dari kehidupan gereja." Di gereja asal saya,
pertanyaan tersebut bukanlah pertanyaan yang menyenangkan. Anak-anak
merupakan bagian dari keluarga gereja. Mereka dapat terlibat dalam
gereja dan dipersilakan menghadiri ibadah, meskipun dengan
"keributan kudus", "gerak-gerik liturgis", dan sebagainya. Kami
tidak pernah melihat perbedaannya. Apakah mereka mengganggu yang
lain? Kadang-kadang. Tapi mereka sedang dalam proses menjadi orang
Kristen yang mencintai gereja; mereka akan rutin datang ke gereja
jika mereka menghadiri ibadah gereja secara rutin sejak dini.
Apakah saya tahu sulitnya membawa anak-anak ke gereja pada waktu
itu? Tidak. Apakah memerlukan persiapan dan rencana? Ya! Apakah hal
itu pantas untuk dilakukan? Jelas.
Sebagai seorang istri pendeta, beberapa orang percaya bahwa anak
saya memiliki sikap yang berbeda di gereja karena mereka terbiasa
dengan kehidupan gereja atau karena suami saya adalah seorang
pendeta. Menjadi terbiasa dengan kehidupan gereja? Nah, itulah
intinya. Beberapa anak akan belajar mengenai sikap tertentu dalam
situasi tertentu jika mereka terbiasa dengan sikap tersebut dan
melihatnya secara rutin. Apakah hal itu mudah karena suami saya
adalah seorang pendeta? Saya mampu menggunakan istilah "Ayah", bukan
"Pendeta John", ketika menunjuk hal-hal tertentu selama ibadah
gereja. Pendeta dapat mewakili Tuhan sementara ayah tetap seorang
ayah.
Pada kenyataannya, anak-anak saya tidak berbeda dari anak-anak lain
seusia mereka. Alexander, 5 tahun, diharapkan dapat berkonsentrasi
lebih lama daripada Elizabeth yang berusia 2 tahun. Dan tentu saja,
Nathaniel yang berusia 9 bulan hanya akan melihat dan mengambil
segala sesuatu sambil menjerit di sana-sini. Saya pun pernah
mengalami saat-saat ketika saya bertanya-tanya apakah itu layak atau
tidak. Saya akan pergi ke belakang gereja jika anak saya tiba-tiba
menjadi agak terlalu berisik atau ribut atau meminta untuk pegi ke
kamar kecil. Sering kali hal itu terjadi pada saat yang kurang
"menguntungkan" selama ibadah. Pada waktu-waktu tertentu, saya
sebenarnya sedikit membenarkan mereka yang mengatakan bahwa
anak-anak tidak seharusnya berada di gereja selama ibadah. Namun hal
tersebut sangat jarang saya alami karena saya kembali terguncang
oleh "Kerajaan Allah" dan sambutan-Nya kepada anak kecil ketika anak
saya tiba-tiba bertanya mengenai sebuah simbol tertentu atau
bertanya tentang apa arti "keselamatan". Juga ketika anak saya yang
berumur 2 tahun bernyanyi bersama dengan paduan suara yang menaikkan
pujian "Haleluya".
Apakah masa kecil saya sekarang berbeda dengan anak-anak zaman ini
dalam hal ibadah gereja? Ya. Apakah akan lebih mudah bagi saya jika
mereka hanya mengikuti kelas sekolah minggu dan tidak perlu
mengikuti ibadah di gereja? Ya, tapi bukan itu yang saya inginkan
untuk anak-anak saya. Saya ingin mereka terlibat dengan Kristus dan
gereja. Ini yang saya inginkan untuk mereka sekarang dan pada masa
depan. Jika saya hanya melibatkan mereka di "pinggiran", pada
kemudian hari, mereka pun hanya akan terlibat di "pinggiran" gereja
saja. Pada saat ini, berada bersama anak-anak saya selama ibadah
gereja adalah pekerjaan saya untuk Tuhan dan gereja-Nya. Jika saya
tidak lagi memiliki kesempatan untuk mendengar setiap kata dari
ibadah yang berlangsung atau kehilangan respons terhadap salah satu
khotbah atau bahkan tidak dapat bernyanyi dalam paduan suara seperti
yang telah saya lakukan sepanjang hidup saya, saya bisa percaya
bahwa pekerjaan saya sekarang adalah untuk membawa anak-anak saya
menyembah nama Allah.
Dengan kehadiran yang teratur dalam gereja, anak-anak belajar dan
melihat lebih dari yang kami pernah ketahui dalam jangka pendek.
Namun dalam jangka panjang, pengetahuan dan kebiasaan ini akan
menjadi kenyataan dan menjadi bagian dari kehidupan mereka.
Baru-baru ini saya berbicara dengan sepasang orang tua yang
mengatakan bahwa ia akan menjadi orang terakhir yang mengatakan
anak-anak harus berada dalam ibadah gereja. Dia telah melihat bahwa
anak-anaknya belajar banyak hal selama mereka di gereja dan telah
terbiasa dengan waktu ibadah yang panjang. Mereka telah membuat
pengamatan dan tanya jawab tentang apa yang mereka lihat dan dengar.
Namun, bukan tanpa banyak usaha dan kesabaran. Berikut adalah
beberapa saran yang akan membantu Anda membawa kehidupan Kristus dan
gereja-Nya menjadi bagian dari kehidupan anak-anak.
1. Sebisa mungkin duduklah di deretan tempat duduk terdepan.
Anak-anak perlu melihat apa yang terjadi selama ibadah. Hal ini
juga membantu mereka untuk lebih berkonsentrasi dan akhirnya
memahami hal-hal yang terjadi dalam pelayanan gereja. Anda
mungkin merasa tidak nyaman melakukan ini dan berpikir anak-anak
Anda akan menjadi gangguan untuk orang dewasa. Tolong, jangan
pedulikan perasaan tersebut. Ini adalah tugas anak-anak untuk
belajar bagaimana mereka dapat menjadi bagian dari ibadah gereja.
Dan adalah tugas orang dewasa untuk menjadi toleran terhadap
proses pembelajaran ini dan tidak mengharapkan anak-anak menjadi
dewasa. (Lihatlah ke sekeliling dan melihat beberapa perilaku
orang dewasa, seperti berbicara. Ini lebih mengganggu pendeta
daripada "suara suci" anak-anak.) Jangan berharap anak-anak kecil
dapat duduk diam selama ibadah berlangsung. Hal tersebut tidak
realistis. Saya tidak pernah mengatakan kepada anak-anak, "Jangan
bicara!" Saya hanya "meminta" mereka untuk tetap tenang.
Gerakan dapat dibatasi tetapi tidak dilarang. Anak saya yang
berusia 2,5 tahun bisa bergerak lebih sedikit dan duduk di
lantai, sementara anak saya yang berusia 5 tahun diperkirakan
akan duduk di bangku dan berdiri dengan gerakan minimum.
2. Bawa bahan-bahan/materi untuk anak-anak. Dapat berupa buku
liturgi untuk anak, buku-buku bergambar, krayon, atau makanan
kecil. Biarkan anak-anak tahu apa yang diizinkan dan apa yang
tidak -- hal ini akan berubah seiring bertambahnya usia
anak-anak. Saya tidak berharap anak saya yang berusia 2,5 tahun
mengerti banyak hal sebanyak yang dapat anak saya yang berusia 5
tahun terima. Sebagai anak-anak yang sedang belajar membaca,
ilustrasi dalam buku liturgi mungkin sudah cukup. Jangan
berlebihan pada kegiatan. Kadang-kadang, bangku kami begitu penuh
dengan berbagai hal yang dikemas untuk anak-anak. Sekarang saya
telah belajar untuk membawa lebih sedikit barang-barang yang
tidak perlu.
3. Siapkan anak-anak sebelum mengikuti ibadah. Jika Anda telah
mengetahui dari mana ayat Alkitab yang akan dikhotbahkan dalam
ibadah, bacalah ayat tersebut pada hari Sabtu malam. Jelaskan
kepada anak-anak bahwa mereka akan mendengar ayat ini di gereja.
Selama di gereja, berbisiklah kepada mereka untuk mengingatkan
mereka mengenai ayat tersebut. Mintalah anak-anak mempersiapkan
persembahan mereka. Anak-anak usia dua tahun dapat membaca Doa
Bapa Kami. Ajarkanlah kepada mereka dan dorong mereka untuk ikut
berdoa Doa Bapa Kami dalam ibadah.
4. Abaikan komentar yang meremehkan upaya Anda untuk membuat
anak-anak Anda menjadi bagian dari kehidupan gereja. Orang-orang
yang mengeluarkan komentar tersebut memiliki pemahaman yang
kurang tentang gereja dan tentang bagaimana Kristus menerima dan
menyambut anak-anak kecil. Saya telah menemukan bahwa tingkat
toleransi saya lebih rendah dan perilaku anak-anak saya tampaknya
menjadi lebih buruk ketika saya lebih memerhatikan
pemikiran-pemikiran orang lain. Saya menjadi tidak berkonsentrasi
untuk mendorong anak-anak saya selama ibadah gereja. Jangan
biarkan hari yang buruk mengecilkan hati Anda. Evaluasilah apa
yang telah terjadi, ubahlah harapan Anda jika diperlukan, dan
coba lagi. Anda tidak sendirian untuk mencari nasihat dari orang
tua yang lain.
5. Jadikan gereja sebagai bagian yang penting dalam hidup Anda.
Kehidupan rohani Anda sendiri adalah teladan penting untuk
anak-anak. Jika anak-anak melihat bahwa Allah dan gereja adalah
bagian penting dari hidup Anda, ini akan membuat dampak yang
besar bagi anak dalam pertumbuhan mereka. Suatu hari, mereka pun
akan menerima iman seperti yang Anda miliki sebagai milik mereka.
Berdoa di rumah, membaca Alkitab, dan melibatkan anak-anak Anda
dalam pekerjaan yang baik. Kekuatan rohani Anda pun akan
memberikan tambahan kekuatan untuk menolerir mereka yang kurang
dari sempurna. Orang tua yang hanya membawa anak-anak mereka ke
sekolah minggu, apakah itu sebelum atau sesudah gereja, tidak
menyadari bahwa kelas yang sebenarnya adalah di GEREJA.
6. Hadiri pelayanan gereja di luar ibadah rutin. Usahakanlah untuk
menghadiri ibadah-ibadah khusus di gereja. Walaupun tidak selalu
mungkin anak-anak dapat mengikuti seluruh kegiatan gereja, dalam
ibadah khusus anak-anak akan belajar lebih banyak mengenai gereja
dan lebih mempersiapkan anak-anak mengetahui apa yang akan mereka
lihat dan dengar.
Sebagai kesimpulan, Anda perlu memeriksa bagaimana Anda melihat
gereja dan apa yang Anda lihat dan inginkan untuk anak-anak Anda
dalam kehidupan gereja untuk menjawab pertanyaan Anda sendiri
tentang apakah anak-anak diterima dalam gereja. Jika Anda ingin
anak-anak Anda mengalami kepenuhan Kristus dan gereja-Nya serta
memiliki hidup bergereja yang dapat meningkatkan kehidupan rohani
mereka sendiri ketika berjuang dengan pertanyaan tentang iman, maka
Anda harus menjawab dengan pasti, "Ya, anak-anak harus hadir pula
dalam ibadah gereja!" (t/Davida)
Diterjemahkan dan disesuaikan dari:
Nama situs: Orthodox Family Life
Judul asli artikel: Should Children Be in Church?
Penulis: Joan Woodward Teebagy
Alamat URL: http://www.theologic.com/oflweb/inchurch/attend3.htm
--Bergabunglah dalam: http://fb.sabda.org/binaanak--
______________________________________________________________________
MUTIARA GURU
Tuhan pun menyambut anak-anak di dalam gereja.
______________________________________________________________________
BAHAN MENGAJAR
COBA LAGI
Bacaan:
Matius 13:3-8
Waktu Mark mampir ke rumah kakeknya setelah pulang sekolah, dia
heran mendapati kakeknya sedang berlutut di kebun. Beberapa kantong
baru yang berisi benih tergeletak di sampingnya. "Apa yang sedang
Kakek lakukan?" tanya Mark. "Kakek `kan sudah menanami lajur yang
sama itu minggu kemarin."
"Iya," jawab kakek, "tapi hujan yang deras menyapu bersih benih
itu."
"Oh," seru Mark. "Mmm, tapi bagaimana jika hal itu terjadi lagi?
Mengapa Kakek tidak membeli sayuran di supermarket saja? Bisa
mengurangi pekerjaan."
"Kakek tahu," kata kakek setuju, "tapi tidak ada sayuran yang
rasanya lebih enak dibanding sayuran segar dari kebun." Dia
memungut kantong benih yang kosong. "Ngomong-ngomong," kakek
melanjutkan, "siapa yang akan menemanimu dalam acara kemah sekolah
minggumu minggu depan?"
"Sepertinya tidak ada," kata Mark. Aku mengajak Scott lagi, tapi
dia tak pernah datang untuk memberi jawaban."
"Yah ..., mengundang seseorang itu seperti menabur benih," kata
kakek menjelaskan. "Kadang kamu berhasil, dan kadang tidak. Namun
jika kamu terus berusaha, hasilnya pasti beda, mengapa kamu tidak
mencoba mengajak orang lain? Ini adalah kesempatan yang bagus supaya
mereka mendengar tentang Yesus. Bukankah kamu pernah berkata ada
anak laki-laki baru di kompleksmu?"
"Iya," jawab Mark. "Namanya Brett."
"Dia mungkin perlu teman baru," kata kakek mengingatkannya. Dia
memberikan kantong benih pada Mark. "Apa kamu perhatikan bedanya,
apa yang kakek tanam sekarang dan yang kakek tanam sebelumnya?"
Mark mengamat-amati kantong yang dipegangnya. "Uh ... coba lihat
... Kakek tidak punya bawang merah sekarang," seru Mark, "dan
sebelumnya kakek tidak punya gambas (semacam labu)."
"Bawang merah biasanya tumbuh dengan baik kalau ditanam pada awal
musim semi. Sekaranglah waktunya menanam benih-benih yang nantinya
bisa tumbuh dengan baik pada musim ini, jadi kakek memutuskan untuk
menanam gambas," jelas kakek. "Di kebun, jika satu jenis sayuran
tidak bisa tumbuh dengan baik, kakek akan mencoba jenis sayuran yang
lain. Dan untuk kamu, jika satu anak tidak menerima ajakan untuk
ikut ke gereja atau kemah, ajaklah orang lain yang sepertinya lebih
berminat untuk ikut."
Mark menyengir. "Baiklah, Kakek," katanya. "Aku tidak akan menemui
Brett lagi dalam perjalanan pulangku." M.M.P.
Bagaimana dengan kamu?
Apakah kamu akan menyerah dengan mudah jika seseorang yang kamu ajak
ke sekolah minggu atau gereja tidak mau datang? Ajaklah lagi, dan
ajaklah orang lain yang ingin ikut juga. Jika kamu terus
mengajaknya, bisa jadi kamu menolong orang lain belajar tentang
Kristus.
Ayat Hafalan: Galatia 6:9
"Karena apabila sudah datang waktunya, kita akan menuai, jika kita
tidak menjadi lemah." (t/Setyo)
Diterjemahkan dari:
Judul buku: The One Year Book of Devotion for Kids II
Judul asli artikel: Try Again
Penulis: Katherine Ruth Adams, dkk.
Penerbit: Tyndale House Publisher, Illinois 1995
Halaman: Tidak dicantumkan
--Bergabunglah dalam: http://fb.sabda.org/binaanak--
______________________________________________________________________
o/ STOP PRESS o/
PERAYAAN 15 TAHUN SABDA 19 -- 23 OKTOBER 2009
Banyak sukacita mewarnai minggu ketiga perayaan 15 Tahun SABDA.
Selain jumlah fan SABDA yang sudah melewati angka 1.000, peluncuran
Aplikasi Facebook SABDA Ayat juga telah mendapat sambutan yang
hangat dari para penggunanya. Bagi Anda yang ingin facebooknya
dihiasi dengan tampilan ayat setiap hari secara otomatis, silakan
menambahkan aplikasi SABDA Ayat melalui URL berikut ini.
==> http://apps.facebook.com/sabda_ayat/
Sementara itu, masih ada beberapa kendala untuk peluncuran Tutorial
SABDA Alkitab dan upgrade situs SABDA.net. Kami mohon dukungan doa
dari Anda semua agar kedua proyek tersebut dapat diselesaikan dengan
baik.
Memasuki perayaan minggu ke-3 ini, ada beberapa acara yang akan
YLSA laksanakan, yaitu:
- Peluncuran CD Image SABDA (ISO)
- Dimulainya Pemilihan (Polling) Karya Slogan, Desain Stiker SABDA,
dan Desain T-Shirt SABDA
- Peluncuran Gadget "AYATIZER"
- Peluncuran upgrade CD Alkitab Audio (TB dan BIS)
Doakan agar semua rencana tersebut berjalan dengan lancar dan
menjadi berkat bagi banyak orang.
Terima kasih, Tuhan memberkati.
______________________________________________________________________
Pemimpin Redaksi: Davida Welni Dana
Staf Redaksi: Kristina Dwi Lestari dan Tatik Wahyuningsih
Isi dan bahan adalah tanggung jawab Yayasan Lembaga SABDA
Didistribusikan melalui sistem network I-KAN
copyright(e) e-BinaAnak 2009 -- YLSA
http://www.ylsa.org/ ~~ http://katalog.sabda.org/
Rekening: BCA Pasar Legi Solo No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati
______________________________________________________________________
Anda terdaftar dengan alamat email: $subst(`Recip.EmailAddr`)
Alamat berlangganan: <subscribe-i-kan-BinaAnak(at)hub.xc.org>
Alamat berhenti: <unsubscribe-i-kan-BinaAnak(at)hub.xc.org>
Arsip e-BinaAnak: http://www.sabda.org/publikasi/e-binaanak/
Pusat Elektronik Pelayanan Anak Kristen: http://pepak.sabda.org/
Bergabunglah dalam Network Anak di Situs In-Christ.Net:
http://www.in-christ.net/komunitas_umum/network_anak
Kunjungi Blog SABDA di: http://blog.sabda.org/
Bergabunglah dalam Fan Page e-BinaAnak: http://fb.sabda.org/binaanak
______________PUBLIKASI ELEKTRONIK UNTUK PEMBINAAN GURU_______________ 
Untuk berlangganan kirim e-mail ke: subscribe-i-kan-BinaAnak hub.xc.org
Untuk berhenti kirim e-mail ke: unsubscribe-i-kan-BinaAnak hub.xc.org
Untuk arsip: http://www.sabda.org/publikasi/e-binaanak/
Pusat Elektronik Pelayanan Anak Kristen: http://www.sabda.org/pepak/
|
|