Search:

 
___e-BinaAnak (Milis Publikasi Elektronik untuk Para Pembina Anak)____

  DAFTAR ISI EDISI 445/AGUSTUS/2009

  - SALAM DARI REDAKSI: Keteguhan Kaleb
  - ARTIKEL: Kaleb: Keberanian Seorang Pemimpin, Berani Tampil Beda
  - MUTIARA GURU
  - BAHAN MENGAJAR: Karena Kurang Percaya
  - AKTIVITAS: Dua Belas Pengintai
  - STOP PRESS!: 40 Hari Mengasihi Bangsa dalam Doa

______________________________________________________________________
   Korespondensi dan kontribusi bahan dapat dikirimkan ke redaksi:
  <binaanak(at)sabda.org> atau <owner-i-kan-binaanak(at)hub.xc.org>
______________________________________________________________________
SALAM DARI REDAKSI

                          KETEGUHAN KALEB

  Semakin dekat puncak perayaan kemerdekaan bangsa Indonesia yang
  ke-64, semakin ramai suasana di lingkungan perumahan maupun beberapa
  organisasi. Banyak kegiatan yang dilakukan untuk memeriahkan suasana
  hari merdeka nusa dan bangsa kita. Semuanya berusaha memberikan
  sumbangsih yang terbaik.

  Begitu pun dengan dua belas pengintai yang diutus Musa untuk
  memastikan keadaan di Kanaan. Mereka pergi dengan penuh semangat dan
  berkomitmen membawa pulang kabar yang baik bagi bangsa Israel.
  Namun, hanya dua orang dari dua belas orang itu yang tetap semangat
  setelah mendapati kenyataan yang ada, bahwa Kanaan penuh dengan
  "raksasa". Kaleb pun bereaksi. Dia teguh memegang janji Tuhan, bahwa
  bangsa Israel tidak perlu takut. Nah, mari ajarkan keteguhan Kaleb
  ini kepada anak-anak layan kita. Namun sebelumnya, pelajari lebih
  dalam lagi mengenai sosok Kaleb dalam artikel di edisi ini. Setelah
  itu, kita dapat menggunakan bahan mengajar dan aktivitas sehubungan
  dengan kisah Kaleb, juga pada edisi ini. Selamat mengajar!

  Pimpinan Redaksi e-BinaAnak,
  Davida Welni Dana
  http://www.sabda.org/publikasi/arsip/e-binaanak/
  http://pepak.sabda.org/

     "Tetapi hamba-Ku Kaleb, karena lain jiwa yang ada padanya
               dan ia mengikut Aku dengan sepenuhnya,
       akan Kubawa masuk ke negeri yang telah dimasukinya itu,
        dan keturunannya akan memilikinya." (Bilangan 14:24)
          < http://sabdaweb.sabda.org/?p=Bilangan+14:24 >

______________________________________________________________________
ARTIKEL

       KALEB: KEBERANIAN SEORANG PEMIMPIN, BERANI TAMPIL BEDA

  Ada satu pemahaman bahwa di dalam narasi Perjanjian Lama, kita akan
  melihat bagaimana Allah mengambil peran utama di dalam cerita itu.
  Pemahaman ini memang benar, bahwa melalui setiap cerita, kita akan
  mengenal Allah melalui tokoh atau bangsa Israel. Tetapi bukan
  berarti kita tidak bisa belajar dari tokoh tersebut. Meskipun memang
  terkadang, tokoh Perjanjian Lama menampilkan satu sikap hidup yang
  nagatif. Sebagai contoh, seorang Yusuf yang memamerkan jubah
  mahaindahnya di depan saudara-saudaranya yang sedang menggembalakan
  domba (Kej. 37:23). Kita harus pahami bahwa setiap tokoh pasti
  memiliki berbagai segi yang di dalamnya kita akan melihat pekerjaan
  Tuhan yang mengubah hidup mereka. Hidup mereka yang diperbaharui
  oleh Allah Israel itulah yang menjadi satu teladan yang bisa kita
  aplikasikan untuk kehidupan kita saat ini.

  Kaleb adalah salah satu tokoh hikayat Perjanjian Lama. Ia adalah
  seorang pemimpin suku di antara ke-12 suku yang ada di Israel (Bil.
  13:4), tepatnya suku Yehuda. Pada saat Kaleb menjadi kepala suku
  Yehuda, ia dipilih oleh Musa menjadi salah seorang pengintai tanah
  Kanaan. Di dalam perjalanan bangsa Israel dari tanah Mesir ke tanah
  Kanaan, Allah berfirman kepada Musa agar mengirim setiap pemimpin
  suku untuk mengintai negeri Kanaan.

  Tanah Kanaan yang dijanjikan Tuhan pun mulai diintai oleh semua
  kepala suku di Israel (Bil. 13:17-24). Mereka mulai mengintai negeri
  itu dengan melihat segala yang ada di negeri itu. Lembah ke lembah
  mereka jalani, gunung ke gunung mereka perhatikan, sampai pada
  setiap segi tanah perjanjian itu mereka ketahui. Hasil negeri itu
  mereka ambil dengan memotong setandan anggur sebagai bukti bahwa
  negeri itu berlimpah susu dan madu. Ternyata, memang benar negeri
  itu berlimpah susu dan madu, negeri itu sangat kaya akan hasil
  anggur, gandum, dan ternaknya yang melimpah ruah (Bil. 13:27). Ini
  menjadi kabar yang sangat menggembirakan bagi bangsa Israel.
  Perjalanan para pengintai selama 40 hari itu menghasilkan suatu
  kabar yang menggembirakan, negeri yang berlimpah susu dan madu.

  Namun, bukan hanya dilimpahi oleh susu dan madu, negeri itu juga
  didiami oleh bangsa-bangsa yang "besar". Negeri itu didiami oleh
  bangsa keturunan Enak, orang Amalek, orang Yebus, orang Het, orang
  Amori, dan orang Kanaan (Bil. 13:28-19). Sepintas lalu, mungkin kita
  akan berpikir, ada apa dengan orang itu? Atau kenapa rupanya kalau
  negeri itu didiami oleh bangsa-bangsa yang besar. Penulis kitab
  Bilangan menyebutkan bangsa ini adalah bangsa yang kuat-kuat dan
  ditambah lagi mereka mendiami bagian-bagian yang sangat strategis,
  yaitu pegunungan dan lembah-lembah yang secara geografis akan sangat
  sulit untuk diruntuhkan. Dengan kata lain, bangsa Israel
  menyimpulkan, bagaimana mungkin mereka akan menduduki negeri yang
  berlimpah susu dan madu itu jika didiami oleh bangsa-bangsa yang
  seperti itu.

  Kabar menggembirakan berubah menjadi satu kabar yang sangat
  menakutkan. Memang benar negeri yang dijanjikan Allah itu berlimpah
  susu dan madu, tetapi mereka bertanya mengapa bangsa-bangsa yang
  seperti itu yang berdiam di sana. Seperti biasa, orang Israel
  langsung merespons dengan gusar dan mulai menyalahkan Allah Yahwe.
  Memang benar itu adalah tanah yang subur, tetapi apa maksudnya
  negeri itu berkubu-kubu dan orang-orang besar tinggal di sana. Ini
  adalah gambaran pertanyaan orang-orang yang mulai meragukan janji
  Allah. Bahkan hal inilah yang membawa mereka gelisah dan siap
  memberontak kepada janji Allah. Yakni, kita harus mundur untuk
  bermimpi menduduki tanah perjanjian itu. Jadi bagaimana sekarang,
  tidak ada yang dapat kita lakukan kecuali mundur atau kembali ke
  tanah Mesir.

  Para pemimpin suku yang mengintai tanah Kanaan itu terdiam melihat
  negeri yang dijanjikan itu. Di tengah ketakutan, muncullah seorang
  Kaleb yang mencoba menenteramkan hati bangsa yang penakut ini (Bil.
  13:30-31). Kemudian Kaleb mencoba menenteramkan hati bangsa itu di
  hadapan Musa, katanya: "Tidak! Kita akan maju dan menduduki negeri
  itu, sebab kita pasti akan mengalahkannya!" Kalimat yang sangat
  "langka" keluar dari mulut seorang pemimpin. Meskipun pada satu segi
  kalimat itu akan menghasilkan satu risiko. Kaleb harus tahu itu.
  Tetapi apa pun itu, akan menjadi harga seorang pemimpin untuk
  bersuara di tengah kekacauan. Orang Israel mungkin akan berkata:
  "Hei ..., Kaleb, bagaimana mungkin engkau berkata kita akan
  menduduki negeri itu, engkau tidak tahu siapa kita dan siapa yang
  menduduki negeri itu? Secara logika, memang benar negeri yang
  dijanjikan itu sangat kecil kemungkinannya untuk diduduki. Bangsa
  yang berdiam di sana dilengkapi dengan kubu dan pertahanan yang
  sangat rapi. Dengan kata lain, mustahil orang Isreal bisa menduduki
  negeri itu. Sehingga benarlah tindakan Kaleb itu sangat bodoh jika
  kita berpikir secara manusia. Tetapi ingat, jika berpikir
  sebagaimana rencana Allah, maka jawaban kita akan berbeda. Bahkan
  sangat berbeda.

  Kalimat yang diucapkan Kaleb dimentahkan dengan hasutan sepuluh
  pemimpin suku yang lain. Sebagian besar pemimpin suku mengatakan:
  "Kita tidak dapat maju menyerang bangsa itu, karena mereka lebih
  kuat dari pada kita" (Bil. 13:31-32). Tidak hanya itu, mereka juga
  semakin jauh dengan meyampaikan kabar busuk tentang negeri yang
  diintai itu. Katanya, ternyata negeri itu memiliki kebiasaan memakan
  penduduknya sendiri, orang itu memiliki perawakan yang sangat tinggi
  dan kami seperti belalang di hadapan mereka. Keturunan Enak berada
  di sana, yang merupakan keturunan raksasa (Bil. 13:32-33). Ketika
  mendengar tambahan berita bohong itu, bisa kita bayangkan bagaimana
  respons orang Israel mendengarnya. Semakin gundah, semakin kacau,
  dan semakin ragu akan janji Tuhan. Suasana pun semakin tak
  terkendali. Dan ingat sekali lagi, di dalam suasana yang seperti
  ini, sangat riskan untuk bertindak, apalagi sesuatu itu berbeda
  menurut pandangan sebagian besar orang. Sangat berisiko.

  Kita mungkin bertanya, apakah Kaleb menarik kembali pernyataannya
  bahwa, "Kita akan maju dan menduduki negeri itu?" Jawabannya, tidak.
  Bahkan sangat mengejutkan, Kaleb tidak berhenti sampai satu
  pernyataan itu, Kaleb dan Yosua berdiri dan mengoyakkan pakaiannya
  (Bil. 14:6). Ini merupakan bukti berkabung atas bangsa yang penakut
  itu dan sebagai bukti perlawanan terhadap orang-orang yang tidak
  mengenal Tuhan. Mereka berkata (Bil. 14:7-9) dan berkata kepada
  segenap umat Israel: "Negeri yang kami lalui untuk diintai itu
  adalah luar biasa baiknya. Jika TUHAN berkenan kepada kita, maka Ia
  akan membawa kita masuk ke negeri itu dan akan memberikannya kepada
  kita, suatu negeri yang berlimpah-limpah susu dan madunya. Hanya,
  janganlah memberontak kepada TUHAN, dan janganlah takut kepada
  bangsa negeri itu, sebab mereka akan kita telan habis. Yang
  melindungi mereka sudah meninggalkan mereka, sedang TUHAN menyertai
  kita; janganlah takut kepada mereka." Sekali lagi kalimat ini sangat
  berisiko dan "langka".

  Apa yang membuat Kaleb dan Yosua berkata demikian? Jika kita
  perhatikan, kalimat itu mereka ucapkan dengan dasar pengenalan yang
  dalam akan Allah di dalam rencana dan janji-Nya. Mereka yakin jika
  TUHAN menjanjikan negeri itu, maka negeri itu akan menjadi milik
  mereka. Hanya saja, mereka jangan memberontak kepada Allah.
  Keyakinan mereka bahwa Allah Israel akan mengalahkan semua bangsa
  itu bahkan akan menelan bangsa-bangsa yang besar itu sampai habis.
  Jangan takut kepada bangsa yang besar-besar itu dan bangsa yang
  berkubu itu jika TUHAN menyertai kita. Melalui pengenalan itu,
  mereka jelas tahu jika TUHAN menyertai, maka semua akan berjalan
  sebagaimana maksud dan rencana-Nya. Allah Israel bukanlah Allah yang
  lupa akan janji, dan bahkan Allah Israel sanggup mengalahkan semua
  bangsa-bangsa itu.

  Lalu segenap umat itu mengancam hendak melontari kedua orang itu
  dengan batu. Tetapi tampaklah kemuliaan TUHAN di Kemah Pertemuan
  kepada semua orang Israel (Bil. 14:10-11). Risiko itu muncul dan
  harus dihadapi. Yakni, lontaran batu dari bangsa yang sudah
  meragukan TUHAN dan merasa dipermainkan oleh TUHAN. Apalagi bangsa
  yang bebal ini sangat mudah untuk dihasut dan setiap orang yang
  berani untuk menawarkan sesuatu yang berbeda, disarankan
  berhati-hati. Tetapi penyertaan TUHAN yang Kaleb ketahui itu
  terbukti melalui kehadiran-Nya. Ketika risiko itu datang, Allah
  tidak hanya diam. Kemuliaan TUHAN nampak di kemah pertemuan. Ini
  merupakan pertanda Allah hadir bersama-sama orang yang takut
  pada-Nya dan peringatan siapa saja yang memberontak kepada Dia.

  Kaleb yang mengikut Tuhan dengan segenap hati, harus berhadapan
  dengan bangsa yang bebal. Tetapi justru di dalam hal itulah kita
  melihat bagaimana keberanian seorang Kaleb menantang arus. Berani
  menentang pendapat dengan yang mayoritas dan berani tampil beda dari
  sepuluh orang pengintai yang lain. Ketika kondisi seperti ini yang
  terjadi, seorang pemimpin akan mengalami pengujian, bagaimana ia
  mengikut TUHAN. Tetapi dengan jelas, Kaleb menjatuhkan pilihannya:
  mengikut Tuhan dengan sepenuh hati.

  Melihat realita kehidupan pemimpin kristiani saat ini, menampilkan
  diri seperti yang ditunjukan oleh Kaleb bisa kita katakan sebagai
  sesuatu yang sangat langka. Untuk bisa mencari seorang pemimpin yang
  benar-benar memiliki keberanian untuk menampilkan suatu sikap yang
  berbeda dari apa yang dunia ini tawarkan sepertinya adalah sesuatu
  yang sangat sulit. Memang untuk bisa memilih berbeda dengan sebagian
  besar orang di dunia ini, maka sepertinya kita sedang berhadapan
  dengan satu singa lapar yang setiap saat siap menerkam kita. Seperti
  domba yang mencoba memberikan pendapat kepada kumpulan ribuan
  serigala. Tetapi kita harus ingat, hal ini adalah kewajiban setiap
  pemimpin yang mau mengikut Tuhan dengan sepenuh hati.

  Buah dari keberanian Kaleb adalah mereka akan menikmati Tanah
  Perjanjian. "Bahwasanya orang-orang yang telah berjalan dari Mesir,
  yang berumur 20 tahun ke atas, tidak akan melihat negeri yang
  Kujanjikan dengan bersumpah kepada Abraham, Ishak dan Yakub, oleh
  karena mereka tidak mengikut Aku dengan sepenuh hatinya, kecuali
  Kaleb bin Yefune, orang Kenas itu, dan Yosua bin Nun, sebab keduanya
  mengikut TUHAN dengan sepenuh hatinya" (Bil. 32:11-12). Pemimpin
  yang memberontak itu harus menerima kenyataan tidak akan mendapat
  bagian di dalam tanah yang berlimpah susu dan madu. Tetapi Kaleb dan
  Yosua akan memperoleh bagian dan menikmati Tanah Perjanjian yang
  berlimpah susu dan madu itu. Ini merupakan upah setiap orang yang
  mengikut Tuhan dan ini sangat jelas berada di dalam satu pilihan di
  mana setiap orang bebas memilih. Mengikut Tuhan atau mengikut dunia.
  Pemimpin yang mengikut dunia akan berpikir dan bertindak menurut
  ukuran dunia, tetapi pemimpin yang mengikut Tuhan akan berpikir dan
  bertindak menurut kehendak dan rencana Tuhan.

  Diambil dan disunting seperlunya dari:
  Nama situs: Prasasti Perangin-angin
  Penulis: Prasasti Perangin-angin
  Alamat URL: http://prasastipoenya.blogspot.com/2007/09/eksposisi-kaleb.html

______________________________________________________________________
MUTIARA GURU

                   Tuhan tidak pernah ingkar janji.
                 Percayalah, maka Dia akan bertindak.

______________________________________________________________________
BAHAN MENGAJAR

                         KARENA KURANG PERCAYA

  Negeri Kanaan sekarang sudah dekat. Sudah 1 bulan berselang sejak
  mereka berangkat dari Gunung Sinai. Dan sekarang ... ai, orang-orang
  Israel berseru dengan girangnya. Negeri bahagia sudah dekat. Berita
  itu tersiar di antara orang-orang Israel. Semua menengok ke satu
  arah. Tangan menunjuk gemetar ....

  Di sana, di balik gunung-gunung, di sanalah letak tanah bahagia.
  Betul sekeliling mereka masih ada gunung dan gurun batu yang tandus
  kering, tetapi di balik gunung yang gundul itu ... di sana menanti
  tanah harapan.

  Muka mereka berseri-seri. Tengoklah awan Tuhan maju perlahan-lahan
  sekali, lalu berhenti. Kemah-kemah pun dipasang. Tetapi tak
  seorang pun mau masuk ke dalam tendanya.

  Mereka berdiri saja dan memandang ke kejauhan. Seekor burung
  rajawali melayang di atas gunung itu. Ia sudah melihat negeri
  bahagia itu. Begitu dekat negeri itu sekarang.

  Orang-orang ingin tahu. Betulkah seperti yang dikatakan oleh Musa,
  bahwa negeri itu sungguh indah? Subur makmur? Orang-orang itu
  gelisah. Mereka tak dapat diam lagi. Girang, tetapi takut juga.
  Mereka bimbang. Orang-orang apa yang tinggal di Kanaan itu? Musuh
  barangkali.

  "Baiklah kita hati-hati saja," kata orang-orang Israel kepada Musa.
  "Baiklah kita menyuruh beberapa orang penyelidik pergi dulu ke sana.
  Entah bahaya apa yang ada di situ. Para penyelidik itu dapat mencari
  tempat yang mudah kita serang nanti. Di samping itu, kita dapat
  mengetahui apakah negeri itu benar-benar subur."

  Mereka bimbang lagi karena kurang percaya. Musa mengetahui jalan
  pikiran mereka. "Baiklah," katanya.

  Tuhan Allah juga memberi izin. Tak lama lagi, mereka akan tahu bahwa
  Tuhan Allah berkata benar.

  Keesokan harinya, dua belas orang berangkat, dari tiap-tiap suku
  seorang. Yosua turut juga.

  Bangsa Israel menunggu. Makin lama menunggu, mereka makin gelisah.

  Setelah 40 puluh hari, nampak beberapa sosok tubuh di atas puncak
  gunung. Para penyelidik sudah kembali! Dan apa yang dibawanya?
  Buah-buahan yang enak lezat. Buah delima dan buah ara. Dua orang
  memikul tangkai buah anggur yang sangat besar. Belum pernah mereka
  melihat tangkai seperti itu.

  Orang-orang Israel bersorak gembira. Mereka mengelu-elukan para
  penyelidik itu sebagai pahlawan. Ada yang tanya ini, tanya itu,
  sambil berjalan ke tempat Musa.

  Sekarang tak ada yang bersungut-sungut lagi. Semua memandangi kedua
  belas penyelidik itu, yang sedang menceritakan pengalaman mereka.

  "Seluruh negeri itu sudah kami selidiki. Sampai ke sebelah utara
  kami pergi. Benar-benar negeri itu penuh dengan madu dan air susu,
  rumput-rumputnya hijau, tanahnya subur, ah, negeri itu sungguh
  bagus."

  Musa tersenyum. Ia menganggukkan kepalanya. Benar juga kata Tuhan.

  Orang-orang Israel senang mendengar kabar itu.

  Tetapi itu hanya sebentar saja. Dari kedua belas orang itu, yang
  percaya kepada tuntunan Allah hanya dua orang: Yosua dan Kaleb. Yang
  sepuluh lagi seperti orang Israel lainnya: kurang percaya dan
  bimbang hati.

  "Inilah hasil bumi Kanaan," kata mereka dengan wajah murung. "Tetapi
  ingat, seorang pun dari kita takkan dapat masuk ke dalam negeri itu.
  Seorang pun takkan bisa memetik buah-buahan yang enak itu.
  Percayalah. Bangsa-bangsa itu tinggal dalam kota-kota yang
  dilindungi tembok-tembok batu yang kokoh kuat. Tak mungkin kita
  dapat mengalahkan bangsa-bangsa itu." Mendengar kata-kata itu, muka
  orang-orang Israel menjadi muram. Mereka tak bersorak lagi, tetapi
  mulai takut dan sangsi.

  Kaleb tampil ke depan sambil berkata: "Mengapa kita takut? Ayo,
  marilah kita berangkat. Tuhan akan menyertai kita." Orang-orang yang
  sepuluh lagi tertawa terbahak-bahak. Mereka menghina Kaleb.

  "Jargan percaya kepada Kaleb. Orang yang tinggal di situ raksasa.
  Aduh, mereka begitu besar. Kami seperti belalang saja, begitu
  kecilnya. Bagaimana kita dapat mengalahkan negeri raksasa?"

  Setelah mendengar penjelasan itu, orang-orang Israel mengeluh,
  mengerang, dan menangis tersedu-sedu. Mereka menepuk dada dan
  meremas-remas tangannya.

  Mereka sangat marah, kecewa.

  "Ah, andaikata kita mati di gurun, itu lebih baik. Tidak sampai
  begini keadaan kita," keluh beberapa orang.

  Beberapa orang lagi merengek, "Mengapa Tuhan membawa kita ke sini?
  Supaya kita mati? Supaya anak-anak serta istri kita ditangkap?
  Tidak, kita tidak akan masuk ke negeri Kanaan itu. Kita pulang saja
  ke tanah Mesir."

  "Benar, kita ditipu oleh Tuhan Allah dan oleh Musa!"

  Orang-orang itu makin lama makin ribut. Orang-orang Israel sungguh
  kehilangan harapan. Apa gunanya mereka berjalan sejauh itu ke sini?
  Menanggung bermacam-macam sengsara, padahal akhirnya mereka tidak
  dapat masuk ke negeri Kanaan!

  Dulu mereka merasa bahagia hidup dengan Tuhan, damai dan tenteram.
  Sekarang terjadi sebaliknya, mereka kesal, ribut, tak mau mengenal
  Tuhan Allah lagi. Bahkan, tanah bahagia yang sekian lamanya mereka
  harap-harapkan itu, mereka kutuki.

  Yosua dan Kaleb masih mencoba menenteramkan orang-orang Israel itu.
  Mereka mencabik-cabik pakaiannya tanda berkabung. Aduh, bangsa ini
  tidak percaya kepada Tuhan. Padahal selama perjalanan mereka selalu
  dilindungi oleh Tuhan dan selalu ditolong bila ada kesusahan.

  "Diam!" seru kedua orang itu. "Jangan takut! Tuhan dapat dan akan
  memberikan tanah itu kepada kita! Ia lebih kuat, lebih berkuasa
  daripada musuh itu. Dengarlah Musa!"

  "Lempari dia dengan batu!" ada yang berseru.

  "Rajam penipu itu!"

  Keresahan sudah sampai batasnya. Lalu Tuhan datang menolong
  hamba-hamba-Nya dengan kemuliaan-Nya. Ia membela hamba-hamba yang
  setia itu.

  Dari tiang awan Tuhan, turunlah suatu cahaya yang terang benderang
  menyambar ke bawah, lebih terang dari kilat.

  Orang-orang Israel yang mau membunuh hamba-hamba Tuhan itu
  terperanjat. Mereka mundur sambil menutupi mata dengan tangannya.
  Tak ada lagi yang berani berbicara. Diam. Sepi. Awan yang gelap dan
  besar itu menyelubungi Kemah Suci. Musa masuk ke dalamnya. Mukanya
  sedih, kakinya terasa sangat berat. Dan orang-orang Israel merasa
  bahwa murka Tuhan akan menimpa mereka.

  Mereka menunggu sampai Musa keluar lagi. Mereka terkejut. Belum
  pernah mereka melihat muka Musa sesedih itu.

  "Dengar," katanya hampir menangis. "Demikian kata Tuhan. Kamu tak
  mau masuk ke tanah bahagia itu? Kamu takkan masuk lagi! Kamu mau
  kembali? Baik, kamu akan kembali! Kamu lebih suka mati di gurun?
  Baik, kamu akan mati di gurun sebagai hukuman karena kamu tidak mau
  percaya! Semua yang berumur 20 tahun ke atas akan mati di sana,
  kecuali Yosua dan Kaleb, yang percaya kepada Tuhan. Dan anak-anakmu
  yang kamu tangisi, akan masuk ke dalam negeri bahagia itu sebagai
  bangsa yang baru. Selama 40 tahun lagi, kamu harus mengembara di
  gurun pasir ini ...!"

  Matahari terbenam. Di mana-mana mulai gelap. Orang-orang Israel
  menangis di dalam kemahnya masing-masing. Mereka menyesal, sangat
  menyesal.

  Negeri bahagia yang dijanjikan itu sudah tertutup bagi mereka untuk
  selama-lamanya.

  Hanya satu saja kuncinya, supaya dapat masuk ke dalamnya.
  Kepercayaan.

  Keesokan harinya, beberapa orang pergi kepada Musa. Mereka gagah
  berani, senjatanya pedang yang tajam.

  "Kami tahu bahwa kami sudah berdosa," kata mereka. "Sekarang kami
  akan masuk ke negeri bahagia itu."

  Musa menggelengkan kepalanya yang sudah beruban.

  "Jangan," katanya, "Tuhan tidak akan menyertai kamu."

  Tetapi mereka tidak mau mendengarkan. Karena sudah putus asa, mereka
  mendaki gunung-gunung di perbatasan negeri Kanaan itu.

  Hanya beberapa orang saja yang kembali. Badannya penuh luka-luka.
  Yang lain mati semua. Berserakan di pegunungan menjelang negeri
  bahagia yang ditujunya.

  Kembali ke gurun. Orang-orang Israel menyesal, tetapi sudah
  terlambat.

  Gurun yang berbukit-bukit, pasir yang panas terik, bongkah-bongkah
  batu yang serbatajam harus mereka tempuh lagi dari hari ke hari.

  Mereka mengikuti awan Tuhan yang pulang kembali ke tengah gurun
  pasir. Rombongan orang banyak itu bergerak maju seperti menuju
  kuburan. Sedih, kepala mereka tertunduk, kakinya berat. Tak ada yang
  gembira lagi.

  Benar-benar mereka pergi ke kuburan. Mengantarkan badannya sendiri
  karena mereka akan mati di gurun pasir itu.

  Anak-anak merengek-rengek. Mereka kecewa. Sudah diceritakan oleh ibu
  bapa mereka, bahwa tanah bahagia sudah dekat, di balik gunung sana,
  tetapi sekarang mereka kembali lagi. Mereka terus menoleh ke
  belakang, sambil menarik-narik tangan orang-orang tuanya.

  "Mengapa kita pulang lagi, Pak? Mengapa kita tidak terus ke balik
  gunung sana?" Begitulah mereka bertanya terus-menerus.

  Ayah bundanya menyahut dengan sedih, "Sabarlah, nanti di kemudian
  hari kamu akan masuk ke sana. Sekarang belum."

  "Di kemudian hari?" Anak-anak itu tercengang. "Mengapa baru di
  kemudian hari?"

  Ya, mengapa?

  Oleh sebab seorang pun tak dapat masuk ke dalam tanah bahagia yang
  sudah dijanjikan, kalau tidak percaya kepada Tuhan.

  Diambil dan disunting seperlunya dari:
  Judul buku: Cerita-Cerita Alkitab Perjanjian Lama
  Judul asli buku: Groot Vertelbook
  Penulis: Anne de Vries
  Penerjemah: Ny. J. Siahaan-Nababan dan A. Simanjuntak
  Penerbit: BPK Gunung Mulia, Jakarta 1999
  Halaman: 175 -- 178

______________________________________________________________________
o/ AKTIVITAS o/

                         DUA BELAS PENGINTAI

  Tujuan:
  Kekuatan kita datangnya dari Tuhan, bukan dari diri kita sendiri.

  Pelajaran:
  Bilangan 13-14; Ulangan 1:19-46

  Salah satu masalah terbesar bangsa Israel adalah rasa takut. Mereka
  takut ditinggalkan sendiri di tengah keliaran alam bebas, menghadapi
  bangsa Kanaan, serta dalam hal memenuhi kebutuhan makan dan minum
  mereka. Tuhan telah menyediakan segala yang mereka perlukan. Ia
  sudah membawa mereka melalui banyak kesulitan untuk menunjukkan
  bahwa Ia akan selalu peduli kepada mereka. Tapi, saat tiba waktunya
  bagi Tuhan untuk memberikan apa yang mereka inginkan -- tempat
  tinggal mereka sendiri, tanah yang penuh dengan makanan, dan
  kebebasan sebagai suatu bangsa -- mereka terlalu takut kepada bangsa
  Kanaan sehinggga tidak dapat memercayai bahwa Tuhan sudah
  menyediakan segala sesuatu bagi mereka.

  Hal apa yang kita minta, namun kemudian enggan kita kejar karena
  berpikir bahwa kita akan melakukannya sendirian?

  Aktivitas 1:
  Minta anak-anak memerankan/mendramakan pelajaran ini.

  Aktivitas 2:
  Minta anak-anak membandingkan para raksasa dengan Tuhan, tulis
  kekuatan masing-masing. Ingat bahwa bangsa Israel membandingkan para
  raksasa dengan diri mereka sendiri (belalang), bukan dengan Tuhan.

  Aktivitas 3: Untuk Melatih Ingatan

  "Jika TUHAN berkenan kepada kita, maka Ia akan membawa kita masuk ke
  negeri itu dan akan memberikannya kepada kita, suatu negeri yang
  berlimpah-limpah susu dan madunya." (Bilangan 14:8)

  Benar atau Salah

  1. Para pengintai pergi selama 12 hari. (Salah)
  2. Para pengintai berbohong soal kekuatan bangsa Kanaan. (Salah)
  3. Yosua adalah satu-satunya pengintai yang percaya bahwa Tuhan akan
     membantu bangsa Israel. (Benar)
  4. Bangsa Israel takut dengan bangsa Kanaan. (Benar)
  5. Tuhan menghukum bangsa Israel karena ketidaktaatan mereka.
     (Benar)

  Aktvitas 4: Pertanyaan Tinjauan untuk Permainan

  Pertanyaan Linguistik

  1. Sebutkan lima kitab pertama di Alkitab.
  2. Cari dua kata yang berima sama dengan kata pengintai.

  Pertanyaan Aktivitas

  1. Urutkan Sepuluh Hukum Tuhan yang sudah diacak.
  2. Ucapkan peryataan Kaleb bahwa Tuhan mampu menolong bangsa Israel.
  3. Mainkan permainan singkat tentang mengikuti pemimpin.

  Pertanyaan Emosi

  1. Bagaimana perasaan bangsa Israel saat mendengar laporan para
     pengintai?
  2. Bagaimana perasaan Yosua dan Kaleb saat bangsa Israel tidak
     percaya kepada Tuhan?
  3. Bagaimana menurutmu perasaan Tuhan ketika bangsa Israel tidak
     memercayai-Nya?

  Pertanyaan Aplikasi

  1. Apakah ada yang begitu kuat sehingga mencegah Tuhan memenuhi
     janji-Nya?
  2. Apakah kita bertanggung jawab atas pengaruh kita terhadap orang
     lain?
  3. Apakah Tuhan mengharap kita melakukan segala sesuatu dengan
     kemampuan kita sendiri?

  Pertanyaan Fakta

  1. Kitab apa dalam Alkitab yang dinamai untuk salah satu pengintai?
  2. Apa yang Tuhan sudah janjikan kepada bangsa Israel tentang tanah
     Kanaan?
  3. Siapa yang harus masuk ke Kanaan setelah 40 tahun? (t/Dian)

  Diterjemahkan dari:
  Nama situs: e-BibleTeacher.com
  Judul asli artikel: The Twelve Spies
  Penulis: Tidak dicantumkan
  Alamat URL: http://www.ebibleteacher.com/children/lessons/OT/Exodus/twelvespies.htm

______________________________________________________________________
o/ STOP PRESS! o/

                40 HARI MENGASIHI BANGSA DALAM DOA

  Apakah Anda terbeban untuk menanam lutut Anda bagi bangsa-bangsa
  yang belum mengenal Kristus? Kami mengajak Anda meluangkan waktu
  sejenak untuk berdoa bagi saudara-saudara kita, khususnya mereka
  yang akan melaksanakan ibadah puasa.

  Seperti tahun-tahun sebelumnya, tahun 2009 ini kita akan kembali
  bersatu hati berdoa selama bulan puasa, yaitu terhitung mulai 12
  Agustus -- 20 September 2009. Jika Anda rindu untuk turut ambil
  bagian berdoa bagi bangsa, kami akan mengirimkan pokok-pokok doa
  dalam versi e-mail untuk menjadi pokok doa kita bersama. Untuk
  berlangganan, silakan kirimkan e-mail ke:

  ==> subscribe-i-kan-buah-doa(at)hub.xc.org

  Bagi Anda yang ingin agar teman-teman Anda pun bisa ikut berdoa
  dengan memakai bahan pokok doa ini, silakan kirimkan alamat e-mail
  mereka ke alamat e-mail redaksi di:

  ==> doa(at)sabda.org

  Untuk mendapatkan bahan pokok doa versi kertas, silakan menghubungi:
     Mengasihi Bangsa dalam Doa
     P.O. Box 7332 JATMI JAKARTA 13560
     E-mail  : < pray40daysindo(at)yahoo.com >

  Catatan: [Ganti (at) dengan (@) saat mengirim e-mail]

  Harap pemohon pengiriman bahan pokok doa versi kertas mencantumkan:
  Nama jelas:
  Alamat lengkap:
  Kota dan Kode Pos:
  Provinsi:
  Nama Lembaga:
  No. Telp./HP:
  E-mail:

  Marilah kita bersama berpuasa dan berdoa untuk Indonesia agar tangan
  Tuhan yang penuh kuasa menolong dan menggugah hati nurani para
  pemimpin bangsa ini untuk bertekad dan bersatu mengeluarkan bangsa
  ini dari kemelut berbagai masalah yang berkepanjangan. Selamat
  menjadi "penggerak doa" di mana pun Anda berada dan biarlah karya
  Tuhan terjadi di antara umat-Nya, khususnya bangsa Indonesia.
  Selamat berdoa.

______________________________________________________________________
Pimpinan Redaksi: Davida Welni Dana
Staf Redaksi: Kristina Dwi Lestari dan Tatik Wahyuningsih
Isi dan bahan adalah tanggung jawab Yayasan Lembaga SABDA
Didistribusikan melalui sistem network I-KAN
Copyright(c) e-BinaAnak 2009 -- YLSA
http://www.ylsa.org/ ~~ http://katalog.sabda.org/
Rekening: BCA Pasar Legi Solo No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati
______________________________________________________________________
Anda terdaftar dengan alamat email: tatik@in-christ.net
Alamat berlangganan: <subscribe-i-kan-BinaAnak(at)hub.xc.org>
Alamat berhenti: <unsubscribe-i-kan-BinaAnak(at)hub.xc.org>
Arsip e-BinaAnak: http://www.sabda.org/publikasi/e-binaanak/
Pusat Elektronik Pelayanan Anak Kristen: http://pepak.sabda.org/

Bergabunglah dalam Network Anak di Situs In-Christ.Net:
http://www.in-christ.net/komunitas_umum/network_anak

Kunjungi BLOG SABDA di http://blog.sabda.org/

______________PUBLIKASI ELEKTRONIK UNTUK PEMBINAAN GURU_______________

Untuk berlangganan kirim e-mail ke: subscribe-i-kan-BinaAnakhub.xc.org
Untuk berhenti kirim e-mail ke: unsubscribe-i-kan-BinaAnakhub.xc.org
Untuk arsip: http://www.sabda.org/publikasi/e-binaanak/

Pusat Elektronik Pelayanan Anak Kristen: http://www.sabda.org/pepak/

 

Disclaimer | © e-BinaAnak 2011 | Buku Tamu | Yayasan Lembaga SABDA (YLSA) | E-mail: webmastersabda.org
Bank BCA Cabang Pasar Legi Solo - No. Rekening: 0790266579 - a.n. Yulia Oeniyati | Laporan Masalah/Saran