|
|
___e-BinaAnak (Milis Publikasi Elektronik untuk Para Pembina Anak)____
DAFTAR ISI EDISI 447/AGUSTUS/2009
- SALAM DARI REDAKSI: Tuhan adalah Panglimaku
- ARTIKEL: Tokoh: Gideon
- MUTIARA GURU
- BAHAN MENGAJAR: Gideon
- AKTIVITAS: Gideon: Pejuang yang Ragu-Ragu
- STOP PRESS: Lowongan Pekerjaan YLSA: Editor dan Penerjemah
- DARI MEJA REDAKSI: Ralat Kesalahan Isi pada Edisi e-Ba 446
______________________________________________________________________
Korespondensi dan kontribusi bahan dapat dikirimkan ke redaksi:
<binaanak(at)sabda.org> atau <owner-i-kan-binaanak(at)hub.xc.org>
______________________________________________________________________
SALAM DARI REDAKSI
TUHAN ADALAH PANGLIMAKU
Dunia ini penuh dengan tantangan kehidupan, dan seiring bertambahnya
usia bumi, kehidupan mungkin tidak akan semakin mudah. Hal ini bukan
hanya perlu diketahui oleh orang dewasa, namun juga anak-anak.
Dengan cara yang sederhana, namun mengena, kita dapat menjelaskan
bahwa akan banyak tantangan kehidupan di depan mata. Salah satunya
melalui kisah Gideon.
Dengan kesederhanaan dan keterbatasan dirinya, Allah mengharuskan
Gideon menghadapi bangsa Midian. Ada ketakutan, namun penyertaan
Allah menguatkannya. Dia tahu bahwa ia tidak berjuang sendirian
menghadapi tantangan tersebut. Ada Allah yang berperang di depannya.
Kisah Gideon mengajarkan agar anak juga berserah penuh kepada Tuhan
sebagai Panglima Perang kehidupan mereka. Tidak perlu takut untuk
hidup dalam dunia yang semakin ganas, namun tetap tenang di bawah
perlindungan Tuhan. Melalui artikel, bahan mengajar, dan aktivitas
dalam edisi ini, kita dapat mengajarkannya kepada mereka. Biarlah
Allah Sang Sumber Hikmat menuntun Anda.
Selamat mengajar!
Pimpinan Redaksi e-BinaAnak,
Davida Welni Dana
http://www.sabda.org/publikasi/arsip/e-binaanak/
http://pepak.sabda.org/
"Berfirmanlah Tuhan kepadanya:
`Tetapi Akulah yang menyertai engkau,
sebab itu engkau akan memukul kalah orang Midian itu
sampai habis.`" (Hakim-Hakim 6:16)
< http://sabdaweb.sabda.org/?p=Hakim-Hakim+6:16>
______________________________________________________________________
ARTIKEL
TOKOH: GIDEON
Gideon (Ibrani gide`on, penebang, pemukul). Putra Yoas, dari kaum
Abiezer, dari suku Manasye (Hak. 6:11, 15), juga disebut Yerubaal.
Hakim yang melepaskan Israel dari tangan orang Midian, suatu bangsa
Beduin yang menguasai wilayah tengah Palestina (Hak. 6-8).
Sewaktu Gideon sembunyi mengirik gandum karena takut terhadap orang
Midian, malaikat Tuhan mendatangi dia dan menugasinya melepaskan
bangsanya. Penugasan itu dikukuhkan dengan tanda ajaib (Hak.
6:25-32). Tugas pertama yang dilakukan Gideon adalah memusnahkan
mazbah Baal dan Asyera; sebagai akibatnya ia terancam, tapi selamat
dari hukuman karena kelihaian ayahnya (Hak. 6:25-32). Tantangan
tugas Gideon adalah protes terhadap pembauran ibadah kapada Yahweh
dan pemujaan terhadap Baal. Tindakan ini dikaitkan dengan pemberian
nama Yerubaal (yerubba`al) kepada Gideon, yang mengandung makna
jamak seperti "Baal berjuang", "Baal mendirikan", atau kiranya "Baal
memberikan pertambahan". Ada yang mengatakan bahwa nama Yerubaal itu
telah menjadi nama Gideon sebelumnya, yang memantulkan sinkretisme
yang berlaku, namun dalam makna baru setelah perbuatan menentang
pemujaan patung berhala (bnd. F.F Bruce, The New Bible Comentary,
1954, hlm. 245; R Kittel, Great Men and Movements in Israel, 1929,
hlm. 65). Dalam 2 Sam. 11:21, ia tampil sebagai Yerubeset
(yerubbesyet), mengantikan nama Baal yang tidak disukai karena
berarti "hina".
Serangan orang Midian yang berikutnya mendorong Gideon mengerahkan
suku-suku Manasye, Asyer, Zebulon, dan Naftali. Penugasannya sebagai
pemimpin dikukuhkan dengan tanda ajaib bulu domba. Atas perintah
Allah, ia mengurangi pasukannya dari 32 ribu menjadi 300, dan ia
menerima keyakinan pribadi dalam suatu pengintaian rahasia, saat
Gideon mendengar seorang tentara Midian menceritakan mimpinya
tantang kekalahan mereka. Gideon melancarkan serangan mendadak pada
waktu malam, yang mematahkan semangat musuh dan mengacaukan mereka
sehingga lari mengundurkan diri (Hak. 6:33-7:25).
Sewaktu suku Efraim diperintahkan maju menyempurnakan kemenangan
(Hak. 7:24), mereka tersinggung dan marah karena tidak dilibatkan
dari semula. Tapi kemarahan mereka diredakan oleh ucapan Gideon yang
bijaksana (Hak. 8:1-3). Kemudian Gideon mengejar Zebah dan Salmuna,
raja-raja Midian, dipacu oleh ingatan akan saudara-saudaranya yang
mati di tangan mereka. Penduduk kota Sukot dan Pnuel menolak
membantu Gideon. Karena itu, ia menghukum mereka kemudian. Ketika ia
berhasil menangkap raja-raja itu, ia sendiri membunuh mereka (Hak.
8:4-21).
Setelah kemenangan itu, Gideon diminta untuk mendirikan suatu
kerajaan turun-temurun, tapi ia menolak. Namun, ia menerima
anting-anting emas dari hasil jarahan perang, dan dengan itu ia
membuat sebuah "efod" (mungkin bercitra Yahweh). Efod itu ia
tempatkan di Ofra, kotanya, tapi di kemudian hari menjadi sumber
kemurtadan (Hak. 8:22-27). Midian dikalahkan secara telak, dan
Israel tenteram selama sisa hidup Gideon. Kehidupan akhir Gideon
adalah mas tua yang damai tenteram. Sayang, seorang di antara
anaknya, Abimelekh, terkenal buruknya (Hak. 8:28-32).
Ibrani 11:32 menempatkan Gideon di antara pahlawan iman. Ia lebih
memercayai Allah ketimbang pasukan tentara yang besar. Ia meraih
kemenangan besar dengan hanya sepasukan kecil tentara, membuktikan
bahwa Allah yang memprakarsai semuanya. "Hari kekalahan Midian",
agaknya menjadi pepatah yang mengungkapkan pembebasan oleh Tuhan
tanpa pertolongan manusia (Yes. 9:4). Kerendahan hati Gideon juga
khas, dan penolakannya untuk diangkat menjadi raja membuktikan
kenyataan bahwa yang tepat dan serasi bagi Israel adalah teokrasi
(Hak. 8:23).
Diambil dan disunting seperlunya dari:
Judul buku: Ensiklopedi Alkitab Masa Kini (Jilid 1, A -- L)
Penulis: Tidak dicantumkan
Penerbit: Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF, Jakarta 1994
Halaman: 340 -- 341
______________________________________________________________________
MUTIARA GURU
Ketika lelah menghadapi tantangan pelayanan, ingatlah
ada Allah yang selalu menopang kita.
______________________________________________________________________
BAHAN MENGAJAR
GIDEON
Pada sebuah kebun anggur dekat sebuah bukit batu, keadaan sunyi
senyap. Sebatang pohon jati yang rindang tumbuh di celah-celah
batu-batu dan memberi keteduhan.
Di tempat yang teduh itu, nampak seorang anak muda. Ia sedang asyik
bekerja dekat kilang anggurnya. Tetapi di sana tidak ada kelihatan
buah anggur. Kalau begitu, apa kerjanya?
Ia sedang menumbuk gandum dalam kilang itu. Jeraminya dipisahkan
dari butir-butir gandum lalu dibuangnya. Kemudian butir-butir gandum
itu dikumpulkan dalam kantong. Gandum itu sangat berharga baginya.
Tetapi anak muda itu nampak sangat murung. Matanya suram, hatinya
sangat sedih.
Kadang-kadang, ia berdiri di atas bongkah batu yang sedang dibakar
oleh matahari yang panas terik. Lama ia menatap ke sebelah timur.
Nampak gandum yang sedang menguning di ladang. Di sana-sini,
kelompok-kelompok manusia bekerja dengan terburu-buru. Orang-orang
Midian belum kelihatan, tetapi mereka pasti datang karena musim
panen sudah tiba. Tiap-tiap tahun mereka muncul dari gurun pasir
untuk merampok, sudah 7 tahun berturut-turut. Mereka adalah
segerombolan perampok yang terkenal ganas, datang mengendarai unta.
Mereka berpencar ke segala jurusan dan siapa saja yang dijumpainya
pasti dibunuhnya. Barang-barang yang tidak dirampas, dirusaknya.
Kambing, sapi, atau keledai pun ikut dirampas. Bila mereka sudah
kembali ke seberang Sungai Yordan, barulah orang-orang Israel keluar
dari gua-gua dan celah-celah di pegunungan dan bukit-bukit di mana
mereka bersembunyi. Bangsa Israel sangat menderita. Mereka bekerja
keras bertani dan memelihara ternak, tetapi yang menikmati hasilnya
adalah orang-orang Midian.
Itulah sebabnya Gideon yang sedang asyik bekerja dekat kilang anggur
itu sedih. Bangsanya sampai ditindas dan diperas demikian. Memang
bangsa Israel kembali sengsara lagi, karena meninggalkan Tuhan.
Itulah yang paling menyedihkan hati Gideon. Debora sudah lama
meninggal. Siapa yang berani memimpin bangsanya melawan perampok dan
penindas jahat itu?
Tiba-tiba Gideon terkejut. Siapa itu, yang duduk di bawah pohon
jati? Seorang laki-laki memandang kepada Gideon. Lalu Gideon
mendengar orang itu mengatakan: "Hai pemuda yang perkasa, Tuhan
besertamu!" Tuhan besertamu? Gideon geleng kepala.
"Ya, tuan," sahutnya, "bila Tuhan Allah beserta kami, mengapa
dibiarkan-Nya kami sengsara seperti ini? Di mana segala keajaiban
yang pernah Tuhan lakukan dulu terhadap nenek moyang dan para orang
tua kami? Tuhan sudah meninggalkan kami dan membiarkan kami dikuasai
oleh orang-orang Midian." Orang itu mendekat lalu berdiri di hadapan
Gideon. Katanya dengan tegas: "Pergilah, hai Gideon. Engkau harus
membebaskan Israel. Aku datang untuk menyuruhmu!"
Gideon terkejut. Ia gemetar. "Aku?" sahutnya.
Ia takut. "Aku? Aku tidak patut dipilih. Aku orang biasa saja. Lagi
pula aku anak bungsu di keluarga kami!" "Aku akan besertamu," kata
orang itu, "dan kamu akan membinasakan orang-orang Midian."
Gideon berlutut dan menundukkan kepalanya ke tanah. Aku akan
besertamu! Itu bukan manusia, tetapi malaikat Tuhan, bahkan Tuhan
Allah sendiri berkata kepadanya. Kalau begitu, segalanya mungkin,
asal Tuhan bekerja. Disembelihnya seekor anak kambing dan
dipersembahkannya kepada Tuhan Allah di tempat itu. Kemudian ia
pulang ke rumah dan berjalan dalam kotanya, kota Ofra, matanya
bersinar-sinar. Rahasia besar yang ada dalam hatinya sudah
menghilangkan segala kesedihannya. Ia tak putus asa lagi.
Malam tiba. Kota Ofra tidur dengan nyenyak. Dekat rumah Yoas, ayah
Gideon, terdapat sebuah mazbah tempat memuja Baal. Di sampingnya ada
sebatang tiang pujaan Dewi Asyera, dewi langit. Seluruh kota datang
ke tempat itu. Di sini, mereka membakar korban dan memuja Baal dan
Asyera. Sungguh besar dosa bangsa Israel. Mereka lupa akan hukum
Allah yang dulu diberikan oleh Musa. Yoas juga turut berdosa.
Sssstt, apakah itu? Pintu dibuka perlahan-lahan. Pintu rumah Yoas.
Beberapa bayang-bayang hitam menuju tempat Baal. Sebuah parang yang
berkilat-kilat tampak dalam sinar bintang yang hampir pudar.
"Runtuhkan patung Baal dan tiang pujaan itu," bisik seseorang. Itu
suara Gideon. Begitulah perintah Tuhan Allah. Sepuluh pembantunya
segera menurut perintahnya.
Pagi-pagi benar, ketika orang-orang Israel melihat patung Baal sudah
rusak binasa, mereka marah. Tiang pujaan Asyera pun sudah tumbang.
Tak jauh dari situ, nampak mazbah baru untuk Tuhan Allah. Di atasnya
masih ada sisa-sisa korban yang baru dibakar. Mereka ribut. "Siapa
yang berani berbuat ini? Siapa yang merusak patung Baal ini?" hardik
mereka dengan suara keras. Siapa lagi? Tentu saja Gideon. Mana dia?
Berbondong-bondong mereka menuju ke rumah Yoas. Rumah itu dikepung,
lalu Yoas dipanggil keluar. "Mana anakmu?" mereka berteriak. "Ayo,
bawa ke sini, supaya kami bunuh!"
Yoas terkejut. Tetapi ia cerdik. Lalu dijawabnya: "Mengapa kamu
harus berjuang untuk Baal? Baal bukan anak kecil, tidakkah ia dapat
mengurus urusannya sendiri? Kalau ia benar-benar dewa, ia akan
menghukum anakku. Sabar saja."
Benar juga kata Yoas. Bangsa Israel menunggu hukuman Baal. Gideon
akan dihukum berat, pikir mereka. Tetapi ternyata tidak terjadi
apa-apa, Gideon tetap sehat dan tidak diganggu oleh apa pun. Tak
lama kemudian ada kabar, bahwa Midian sudah datang dan sekarang
berada di lembah Yizreel.
Gideon tak sabar lagi. Roh Tuhan mendorong dia. Ia meniup nafirinya
yang bergema sampai ke mana-mana. Lalu disuruhnya utusan-utusan
untuk memberitahukan kepada sukunya, suku Manasye, supaya mereka
mengangkat senjata. Juga ke suku-suku lainnya: Asyer, Zebulon, dan
Naftali dikirimnya utusan.
Dari segala jurusan, orang-orang datang dengan senjata
masing-masing, siap untuk berperang. Makin lama pasukan Gideon makin
besar jumlahnya. Tetapi Gideon agak ragu-ragu juga. Sudah dilihatnya
bagaimana kuatnya tentara bangsa Midian. Mereka mengendarai unta
beribu-ribu banyaknya. Lembing mereka tajam. Musuh itu jauh lebih
kuat daripada bangsa Israel.
Gideon percaya juga bahwa ia dapat mengalahkan musuh yang bersenjata
lengkap itu, tetapi pikirannya tak dapat menerima bahwa hal itu
mungkin. Ia berjalan di tengah-tengah pasukannya dengan hati yang
sangat gelisah. Ia berdoa, "Ya, Tuhan, tolonglah aku! Kalau Tuhan
sungguh-sungguh mau membebaskan bangsa Israel, katakanlah kepadaku!"
Lalu dibentangkannya sehelai kulit domba di tempat pengirik gandum.
"Jika hanya kulit ini yang berembun dan seluruh tanah di sekitarnya
tetap kering, aku akan percaya bahwa Tuhan akan menolong Israel
melalui tanganku. Aku akan percaya bahwa Tuhan Allah akan memberi
kemenangan kepada kami." Keesokan harinya, ketika ia memeras kulit
domba itu, ia berhasil memeras semangkuk air dari kulit itu, padahal
pasir sekelilingnya tetap kering.
Gideon amat girang. Tetapi perasaan takutnya belum hilang. Sekali
lagi dibentangkannya kulit di tanah. "Ya Tuhan, janganlah kiranya
Tuhan marah kalau sekali lagi aku minta tanda. Biarlah tanah ini
besok pagi basah karena embun, tetapi kulit ini tetap kering."
Tuhan Allah mengabulkan permintaannya. Keesokan harinya tanah dan
rumput sekelilingnya basah karena embun, tetapi kulit itu kering.
Sekarang Gideon tidak takut lagi. Dengan penuh keberanian, ia
menghadapi musuhnya.
Dua kali kepercayaan Gideon diperkuat. Sekarang dua kali ia akan
dicobai oleh Tuhan Allah. Tuhan ingin mengingatkan bangsa-Nya, bahwa
Tuhanlah yang membebaskan mereka, bukan Gideon, bukan senjatanya,
juga bukan prajuritnya.
"Tentaramu terlalu banyak, Gideon," kata Tuhan. Terlalu banyak?
Gideon heran, tetapi ia menurut kehendak Tuhan. "Siapa yang mau
pulang, silakan pulang saja," katanya. Sebanyak 22 ribu orang segera
pulang. Tinggal sepuluh ribu lagi. Tetapi itu juga masih terlalu
banyak. Sekali lagi Tuhan menguji Gideon. Tuhan menunjuk 300 orang
yang boleh tinggal, yang lain disuruh pulang saja.
Tetapi Gideon tidak takut, biar tentaranya hanya sedikit. Tuhan ada
di sampingnya.
Malam tiba. Ia berdiri di atas gunung bersama-sama dengan pasukannya
yang sedikit itu. Di lembah gunung itu, nampak unggun api musuh yang
menerangi berlapis-lapis tenda dan banyak unta musuh. Tetapi Gideon
tidak lagi gentar melihat musuhnya yang banyak itu. Tengah malam
Gideon bangun. Perlahan-lahan ia turun ke bawah. Ada kuasa yang
memimpin dia. Ada suara yang tidak terdengar oleh pasukannya yang
memerintahkan dia supaya pergi ke tempat perkemahan musuh. Hanya
Pura, pengawalnya, turut dengan dia. Hati-hati mereka menyelinap ke
arah musuh. Pengawal-pengawal tidak melihat kedua orang itu.
Akhirnya mereka tiba dekat unggun api di pinggir perkemahan orang
Midian.
Tiba-tiba mereka mendengar orang yang berteriak ketakutan. Segera
kemudian terdengar pula suara yang lain. Bunyi itu datang dari kemah
di depan mereka. Gideon merapatkan telinganya ke dinding yang tipis
itu.
Rupanya seorang prajurit terjaga. Ia bermimpi. Kemudian ia
menceritakan mimpinya itu kepada temannya. "Aduh," katanya, "mimpiku
aneh sekali. Aku bermimpi ada seketul roti terguling-guling dari
gunung ke lembah ini. Roti itu makin lama makin besar dan menuju
perkemahan kita lalu menghantam semua kemah sampai hancur rata
dengan tanah."
Prajurit yang satu lagi menyela: "Aku tahu artinya. Kita akan
binasa. Gideon akan mengalahkan kita sampai habis!" Suaranya gemetar
karena takut. Gideon sangat girang mendengar percakapan mereka. Di
dalam gelap itu, dekat musuhnya, ia berlutut mengucap terima kasih
kepada Tuhan. Ia mengerti sekarang bahwa Tuhan menyuruh dia
mengintai ke sana untuk meyakinkan dia bahwa Tuhan beserta bangsa
Israel. Cepat-cepat ia pulang ke pasukannya. Semangat pasukan kecil
itu berkobar-kobar. Mata mereka bersinar-sinar waktu Gideon
menjelaskan siasat yang akan dilakukannya.
Tiap-tiap prajurit diberi sebuah nafiri dan sebuah kendi yang
kosong. Di dalam kendi itu disembunyikan obor yang menyala. Kemudian
pasukan yang 300 orang itu dibagi menjadi tiga regu, masing-masing
terdiri dari 100 orang. Lalu mereka mengepung musuh. Menjelang
tengah malam, para pengawal orang Midian berganti jaga. Tentara
lainnya tidur nyenyak. Saat itulah Gideon memberi aba-aba. Ia
menghempaskan kendinya ke batu sehingga pecah dan obornya nampak
menyala dalam kegelapan malam itu. Melihat obor Gideon yang menyala
itu, pasukan Israel pun memecahkan kendi masing-masing. Lalu Gideon
meniup nafirinya sekuat-kuatnya, diikuti oleh tiga ratus nafiri
orang-orang Israel yang sudah mengepung perkemahan Midian.
Orang-orang Midian yang tersentak dari tidurnya tiba-tiba melihat
nyala api mengepung mereka ditambah lagi dengan bunyi nafiri yang
memekakkan telinga. Orang-orang Midian berusaha mencari senjatanya.
Berapa ribu orang Israel datang menyerbu? Orang-orang Midian tidak
tahu.
"Pedang untuk Tuhan dan untuk Gideon!" pekik orang-orang Israel
membahana.
Orang-orang Midian kebingungan, lari tak tentu arah dan
berteriak-teriak ketakutan. Mereka kacau balau. Tak mengenal kawan
atau lawan. Alhasil, mereka saling menyerang satu sama lain dan
saling membunuh, sedang pasukan Gideon tetap berdiri mengepung
musuh. Akhirnya orang-orang Midian berlarian tak tentu arah.
Sebagian lari ke Sungai Yordan dengan maksud mau terus menuju ke
negeri Midian. Tetapi banyak yang tak dapat mencari jalan dalam
kegelapan itu. Keesokan harinya mereka dibunuh oleh orang-orang
Israel yang datang membantu tentara Gideon.
Gideon bersama-sama dengan pasukannya terus mengejar musuh yang
berhasil menyeberangi Sungai Yordan. Raja-raja Midian dibunuh juga.
Barang-barang mereka dirampas semua. Benarlah kata Tuhan Allah,
orang-orang Midian habis musnah.
Seluruh bangsa Israel berterima kasih kepada Gideon. Mereka ingin
mengangkat dia menjadi raja. Dan sesudah dia, anaknya. Tetapi Gideon
menolak. Bukan dia yang melepaskan bangsa Israel dari tindasan
musuh, tetapi Tuhan Allah. "Aku maupun anakku tidak akan menjadi
pemimpinmu. Tuhanlah pemimpinmu."
Itu yang selalu dipesankannya kepada bangsanya selama hidupnya:
Tuhan adalah Raja Israel dan tak ada dewa berhala lain di
samping-Nya. Tetapi sesudah Gideon mati dan dikuburkan di kota Ofra,
kota ayahnya, Israel lupa akan kata-katanya. Tak ada lagi orang yang
menjadi pemimpin bangsa Israel, lalu mereka kembali menyembah dewa
berhala. Bahkan baju imam yang oleh Gideon disuruh buatkan, mereka
sembah juga. Bangsa Israel yang bodoh! Sebab itu mereka jatuh lagi
dalam sengsara.
Diambil dan disunting seperlunya dari:
Judul buku: Cerita-Cerita Alkitab Perjanjian Lama
Judul asli buku: Groot Vertelbook
Penulis: Anne de Vries
Penerjemah: Ny. J. Siahaan-Nababan dan A. Simanjuntak
Penerbit: BPK Gunung Mulia, Jakarta 1999
Halaman: 214 -- 220
______________________________________________________________________
AKTIVITAS
GIDEON: PEJUANG YANG RAGU-RAGU
Gideon tidak yakin bahwa Allah sungguh menginginkan dia menjadi
seorang pejuang. Allah berkata, "Aku mengutusmu." Gunakanlah topik
ini untuk menolong murid-murid Anda mengerti kuasa Tuhan.
Ide-ide berikut ini dapat menolong Anda ketika mengajarkan pelajaran
mengenai tokoh Gideon dan bagaimana Allah mengontrol dan menolong
ketika kita memerlukan-Nya. Jangan segan untuk menggunakan
aktivitas-aktivitas di bawah ini untuk melengkapi kurikulum Anda
atau untuk menyusun pelajaran Anda sendiri.
PETUNJUK CERITA
Hakim-Hakim 6-8 berisi semua cerita tentang Gideon.
Ide Permainan:
1. Jaringan Ayat Hafalan
Petunjuk:
Mulailah dari bagian belakang ruangan, letakkan benang di lantai
membentuk jalan yang ruwet yang harus dilewati oleh anak-anak.
Buatlah jalan setapak yang berliku-liku dengan menggunakan benang
itu menuju ke ujung lain ruangan itu. Buatlah jalan yang lebar
sehingga anak-anak dapat berjalan di benang itu untuk bisa sampai ke
ujung yang lain. Buat tiga lengkungan dengan benang lain dengan
jarak yang berbeda satu sama lain. Setiap kali anak-anak sampai di
suatu lengkungan, mereka harus mengulang ayat hafalan. Sebelumnya,
anak-anak akan belajar ayat tersebut dari Anda. Ketika Anda berpikir
bahwa sebagian besar anak telah mengerti apa yang Anda ajarkan,
suruh mereka bersiap di garis "start" jalan setapak itu. Anak-anak
boleh bermain selama waktu yang ditentukan. Buatlah jalan berliku
yang berbeda untuk setiap cerita Alkitab yang berbeda.
2. Kursi Musik
Petunjuk:
Mainkan permainan yang sudah cukup dikenal oleh anak-anak ini untuk
memperkuat pengertian bagaimana Allah tetap menjaga seluruh pasukan
Gideon. Untuk memainkannya, susunlah kursi-kursi dalam kelas Anda
saling memunggungi sebanyak jumlah anak di kelas Anda, dan kurangi
satu kursi. Kemudian, minta anak-anak berputar mengelilingi barisan
kursi selama musik dimainkan. Jika musik berhenti, anak-anak harus
berebutan untuk mendapatkan tempat duduk. Anak yang tidak
mendapatkan tempat duduk akan tetap berdiri.
Kemudian, kurangi satu kursi lagi dari barisan yang sudah ada,
ulangi permainan di atas sampai pada akhirnya hanya tersisa dua anak
dan satu kursi. Anak yang duduk paling akhir adalah pemenangnya.
Makanan Ringan
Aneka makanan ringan dapat menambah keceriaan dalam pelajaran ini.
Kombinasikan kacang, kismis, butiran cokelat, kepingan apel, dan
irisan kelapa. Masukkan makanan ringan tersebut ke dalam sebuah tas
makanan kecil dan bagikan kepada setiap anak. Berhati-hatilah
terhadap murid yang alergi terhadap salah satu makanan ringan,
jangan sampai ia mendapatkan makanan yang membuatnya alergi
tersebut. (t/Davida dan Ratri)
Diterjemahkan dari:
Nama situs: suite101.com
Penulis: Denise Oliveri
Alamat URL: http://baptist-church.suite101.com/article.cfm/gideon_
the_unlikely_warrior
______________________________________________________________________
STOP PRESS
LOWONGAN PEKERJAAN YLSA: EDITOR DAN PENERJEMAH
Yayasan Lembaga SABDA (YLSA) <http://www.ylsa.org> adalah sebuah
yayasan Kristen yang terbeban dalam pelayanan dunia teknologi
informasi, khususnya dalam menyediakan Alkitab dan bahan-bahan
kekristenan secara tersambung (online). Saat ini YLSA membuka
lowongan untuk para profesional muda yang ingin memberikan talenta
terbaiknya untuk Tuhan dengan bekerja sebagai seorang Editor atau
Penerjemah.
Kualifikasi Khusus untuk Editor:
1. S1 Sastra Indonesia, diutamakan dari bidang linguistik.
2. Memiliki kecintaan terhadap bahasa Indonesia dan terbeban dalam
pengembangan bahasa Indonesia.
3. Berpengalaman dalam menyunting dan menulis naskah di media massa.
Kualifikasi Khusus untuk Penerjemah:
1. S1 Sastra Inggris.
2. Berpengalaman dalam menerjemahkan naskah dari bahasa Inggris ke
bahasa Indonesia dan sebaliknya.
3. Memiliki pengalaman dalam menyunting naskah terjemahan.
Kualifikasi Umum:
1. Sudah lahir baru dalam Kristus dan sudah dibaptis.
2. Memiliki panggilan yang jelas untuk melayani Tuhan.
3. Diutamakan yang belum menikah.
4. Menguasai tata bahasa dan EyD bahasa Indonesia.
5. Gemar membaca dan menulis; mampu berpikir dan mengekspresikan
diri.
6. Memiliki profesionalitas, mampu bekerja dalam tim dengan tenggat
waktu (deadline) yang ketat, memiliki ketelitian yang tinggi, dan
berkeinginan besar untuk terus belajar.
7. Nilai tambah:
a. pernah mengikuti pelatihan penyuntingan naskah (Editor).
b. pernah mengikuti pelatihan penerjemahan naskah (Penerjemah).
c. pernah mengikuti seminar tentang bahasa Indonesia/Inggris.
8. Bersedia ditempatkan di Solo, Jawa Tengah, minimal untuk 2 tahun.
Jika Anda atau rekan Anda merasa terpanggil dan memenuhi kualifikasi
di atas, segera kirimkan lamaran beserta kelengkapan lainnya (CV,
fotocopy transkrip nilai dan ijazah, contoh tulisan Anda, dan surat
referensi) ke alamat:
HRD - YLSA
Kotak Pos 25/SLONS
Surakarta 57135
Untuk informasi lebih lengkap silakan kirim e-mail ke:
==> < rekrutmen-ylsa(at)sabda.org >
Informasi lowongan lainnya: http://ylsa.org/lowongan
Catatan:
--------
Silakan sebarkan informasi ini kepada mereka yang membutuhkan.
______________________________________________________________________
DARI MEJA REDAKSI
RALAT KESALAHAN ISI PADA EDISI E-BA 446
Pada kolom Aktivitias edisi e-BA 446 tertulis:
"Isai memiliki 7 orang anak, dan dia memilih anak yang paling
kecil dan yang termuda (13:14)."
Keterangan di atas tidak tepat. Yang benar adalah:
"Isai memiliki 8 orang anak, dan dia memilih anak yang paling kecil
dan yang termuda (17:14)."
Dengan ini kesalahan telah diperbaiki dan kami mohon maaf yang
sebesar-besarnya atas kekeliruan tersebut. Terima kasih atas
pengertian Anda.
______________________________________________________________________
Pimpinan Redaksi: Davida Welni Dana
Staf Redaksi: Kristina Dwi Lestari dan Tatik Wahyuningsih
Isi dan bahan adalah tanggung jawab Yayasan Lembaga SABDA
Didistribusikan melalui sistem network I-KAN
Copyright(c) e-BinaAnak 2009 -- YLSA
http://www.ylsa.org/ ~~ http://katalog.sabda.org/
Rekening: BCA Pasar Legi Solo No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati
______________________________________________________________________
Anda terdaftar dengan alamat email: $subst(`Recip.EmailAddr`)
Alamat berlangganan: <subscribe-i-kan-BinaAnak(at)hub.xc.org>
Alamat berhenti: <unsubscribe-i-kan-BinaAnak(at)hub.xc.org>
Arsip e-BinaAnak: http://www.sabda.org/publikasi/e-binaanak/
Pusat Elektronik Pelayanan Anak Kristen: http://pepak.sabda.org/
Bergabunglah dalam Network Anak di Situs In-Christ.Net:
http://www.in-christ.net/komunitas_umum/network_anak
Kunjungi BLOG SABDA: http://blog.sabda.org/
______________PUBLIKASI ELEKTRONIK UNTUK PEMBINAAN GURU_______________
Untuk berlangganan kirim e-mail ke: subscribe-i-kan-BinaAnakhub.xc.org
Untuk berhenti kirim e-mail ke: unsubscribe-i-kan-BinaAnakhub.xc.org
Untuk arsip: http://www.sabda.org/publikasi/e-binaanak/
Pusat Elektronik Pelayanan Anak Kristen: http://www.sabda.org/pepak/
|
|