|
|
e-BinaAnak -- HAN 2016: Gereja Ramah Generasi Digital Native (II)
Edisi 735/Juli/II/2016
Salam HAN 2016,
Tiga hari lagi, anak-anak Indonesia akan memperingati Hari Anak
Nasional. Ya, para generasi digital masa depan bangsa ini akan menjadi
pusat perhatian pemerintah dan bangsa Indonesia pada tanggal 23 Juli
2016. Sayangnya, tidak semua orang yang bersinggungan dengan anak
mengetahui hal tersebut. Tanggal 23 Juli adalah hari yang biasa-biasa
saja. Bagaimana dengan gereja kita? Apakah tanggal 23 Juli ini
merupakan hari yang biasa-biasa saja? Atau, lebih umum lagi, apakah
anak-anak tidak menjadi perhatian utama dari gereja?
Para pelayan dan pencinta anak selalu mendengungkan bahwa anak-anak
adalah fondasi masa depan gereja. Jika tidak ada perhatian khusus dari
gereja untuk mereka, gereja akan memiliki fondasi yang lemah.
Lihatlah, saat ini apakah kursi-kursi di gereja kita dipenuhi oleh
anak-anak muda? Seharusnya, merekalah yang memenuhi kursi-kursi itu
sekarang jika sedari kanak-kanak, gereja menyadari kehadiran mereka.
Generasi digital native adalah fondasi masa depan gereja untuk tahun-
tahun mendatang, apakah gereja sudah "ramah" dengan mereka saat ini?
Atau, masih dengan pemikiran lama, anak-anak hanyalah jemaat lapis
terbawah dalam gereja? Kiranya hal ini menjadi perenungan bagi kita
semua pada HAN tahun 2016 ini.
Selamat menyambut HAN 2016. Kiranya Tuhan makin menanamkan belas
kasih-Nya terhadap anak-anak dalam hati kita semua. Amin.
Pemimpin Redaksi e-BinaAnak,
Davida
< evie(at)in-christ.net >
< http://pepak.sabda.org/>
"Beritakanlah Injil, tetapi pertimbangkan bagaimana kita bisa
beradaptasi dengan generasi internet untuk membawa Injil kepada
mereka."
TIP: LIMA CARA AGAR GEREJA DAPAT BERADAPTASI DENGAN "DIGITAL NATIVE"
Dalam sebuah artikel pada tahun 2001 (saya baru berusia 11 tahun pada
waktu itu), Marc Prensky, seorang pemikir dan pemimpin dalam dunia
teknologi pendidikan, mencetuskan istilah "Digital Native" (generasi
digital - Red.) untuk mendeskripsikan orang-orang muda yang tidak
mengenal dunia tanpa video game, komputer, internet, dan masih banyak
lagi. Kita adalah seorang Digital Native apabila kita lahir setelah
teknologi digital dan internet masuk ke negara kita. Jadi, itu juga
termasuk seluruh generasi millenial dan setiap generasi yang datang
setelahnya. Sebagai contoh, saya lahir pada tahun 1990, dan saya
sedang duduk di pangkuan ayah saya sembari beliau bekerja dengan
komputernya dari rumah untuk perusahaan IBM pada tahun 1993. Saya
tidak mengenal dunia tanpa video game. Saya telah memiliki sebuah
ponsel pada tahun pertama saya di SMA, bahkan dibandingkan teman-teman
saya saat itu, saya mendapatkannya lebih lambat dari mereka.
Prensky, yang terutama menaruh perhatian pada hal-hal yang melaluinya
sistem pendidikan abad ke-21 tidak diperlengkapi untuk mendidik siswa-
siswa abad ke-21, menulis, "Siswa kita telah berubah secara radikal.
Siswa pada masa kini bukan lagi orang-orang yang kepadanya sistem
pendidikan kita didesain untuk mendidik mereka."
Tim Challies, dalam karya seminarnya tentang keterlibatan teknologi
Kristen, The Next Story, menulis tentang Digital Native:
Bagi kita, barangkali tidak ada pembedaan yang besar atau penting
antara hidup secara daring (online) dan luring (offline). Identitas
kita di alam digital dan identitas kita di alam darah dan daging
adalah sama. Kita barangkali memiliki representasi yang berbeda
terhadap identitas tersebut, tetapi kita hanya membuat sedikit
pembedaan di antara mereka. Kita berpindah dengan mulus antara
interaksi tatap muka dan interaksi digital melalui perpesanan
(pengiriman pesan) atau e-mail. Bahkan, kita mungkin lebih memilih
interaksi digital karena mendapati interaksi tatap muka sepertinya
tidak alami atau malah mengintimidasi. Ponsel kita merupakan bagian
dari diri kita, dan tanpanya kita merasa seolah dunia sedang bergerak
tanpa kita. Kita menikmati televisi dan berselancar di web, dan
khususnya menikmati melakukan dua atau tiga hal ini secara bersamaan.
Kita bisa bolak-balik beralih antara hal-hal itu semudah kita
mengganti kaus kaki kita.
Pertanyaan yang seharusnya ditanyakan oleh para pemimpin gereja
terkait dengan Digital Native adalah "Apakah gereja kita telah
diperlengkapi untuk secara sengaja mengikutsertakan digital native?"
Gereja selalu mendorong jemaat untuk mengabarkan Injil, tetapi metode
yang kita gunakan untuk mengomunikasikan Kabar Baik ini terus berganti
seiring berjalannya waktu.
Apakah anggota-anggota gereja pada masa kini adalah orang-orang yang
kepadanya gereja didesain untuk menggembalakan mereka? Banyak anggota
gereja saat ini yang tidak mendapatkannya. Berikut ini adalah lima
cara yang bisa kita pikirkan tentang Digital Native sembari kita
memimpin gereja kita:
1. Jangan mencegah penggunaan teknologi/ponsel dalam ibadah.
Jelas sekali, ada sebuah garis, bukan? Kita tidak menginginkan orang-
orang menonton awal pertandingan bola (melalui ponsel/tablet mereka)
sewaktu berada di dalam ruang ibadah. Akan tetapi, pada saat yang
sama, pendeta-pendeta dan pemimpin-pemimpin gereja perlu bersikap
sopan terhadap mereka yang membaca Alkitab mereka, menulis catatan,
atau menggunakan ponsel mereka secara bijak selama pelayanan ibadah.
Orang-orang Digital Native sedang memenuhi gereja-gereja kita. Atau
sebaliknya, barangkali permasalahan yang lebih besar adalah bahwa
mereka sedang tidak ada di gereja?
Pertimbangkan untuk meminta jemaat kita mengirimkan pesan teks yang
berisi pertanyaan-pertanyaan sembari kita menyampaikan khotbah tentang
isu-isu yang sulit atau kontroversial mengenai teks Alkitab atau
khotbah yang disampaikan. Apa pun yang sesuai untuk gereja kita,
lakukanlah itu. Yang saya minta hanyalah supaya kita tidak
mempermalukan orang-orang yang menggunakan ponsel mereka, tablet, atau
perangkat teknologi yang lain di gereja.
2. Bawa gereja kita ke media sosial.
Saya adalah seorang profesional media sosial, istilah yang kadang-
kadang masih agak menakutkan untuk diucapkan, tetapi itu benar. Saya
bekerja dengan media sosial setiap hari dalam pekerjaan saya yang
sebenarnya, dan saya telah menulis banyak tentang itu secara spesifik.
Gereja kita perlu berada di media sosial dalam bentuk tertentu.
Facebook, Twitter, Instagram, dan lebih banyak lagi, pakailah semuanya
itu. Hal ini bisa sangat membuat kewalahan, khususnya apabila kita
benar-benar baru terhadap konsep itu. Jika kita tidak merasa yakin di
mana harus memulai dan media sosial terasa begitu berlebihan, blog
milik Darrel Girardier <http://darrelgirardier.com/> adalah tempat
yang baik untuk memulai.
3. Mulailah sebuah blog untuk gereja.
Pertimbangkan untuk menulis blog gereja. Atau, barangkali jika kita
tidak merasa gereja kita memerlukannya, mungkin pendeta kita bisa
menulis blog untuk dirinya sendiri. Ketika saya mendapatkan kesempatan
untuk menjadi seorang pendeta, saya akan menulis sebuah blog sebagai
perpanjangan dari pelayanan saya kepada gereja saya dan komunitasnya.
Fokus dari blog tersebut akan dibatasi kepada gereja saya di kota
saya. Dengan cara yang sama, barangkali kita bisa menulis sebuah blog
yang melaluinya kita bisa mem-posting berita-berita terbaru seputar
pelayanan gereja kita, menyampaikan pertanyaan-pertanyaan yang
ditanyakan orang-orang, atau berbagai penggunaan yang lainnya. Jangan
ragu untuk mengirimkan email kepada saya atau menyapa saya di media
sosial jika kita ingin mendapatkan lebih banyak ide di sini. Saya
merasa senang bisa membantu.
4. Dorong penggunaan teknologi untuk menumbuhkan kerohanian.
Pada butir satu di atas, saya menyinggung bagaimana kita tidak boleh
mempermalukan orang-orang yang menggunakan ponsel mereka selama
pelayanan ibadah. Kita bisa melangkah lebih jauh dan mendorong orang-
orang di dalam gereja kita untuk menggunakan app-app untuk belajar
Alkitab seperti Alkitab SABDA, Kamus Alkitab, Alkitab PEDIA, atau
Tafsiran untuk mendukung kehidupan kerohanian mereka sepanjang minggu.
Bersyukur atas orang-orang atau yayasan yang Tuhan pakai untuk
mewujudkan app-app tersebut. Sekarang, ada banyak app di luar sana
yang bisa membantu kita bertumbuh secara rohani, khususnya ketika itu
berkaitan dengan disiplin rohani seperti pembacaan Alkitab harian dan
hafalan ayat.
5. Ajarkan gereja kita untuk menggunakan teknologi dengan bijak.
Yang terakhir, dan ini bukanlah poin yang kecil, gereja kita perlu
memiliki teologi teknologi. Teknologi, seperti media sosial, ibarat
palu, dan palu bisa digunakan untuk membangun rumah atau memukul
kepala orang. Teknologi bisa menuntun kita ke jalan yang gelap apabila
kita tidak berhati-hati. Namun, di atas semua itu, teknologi adalah
dari Tuhan, teknologi harus ditebus dan dikembalikan untuk kemuliaan
Tuhan, dan harus bermanfaat bagi Kerajaan Allah. Kita sedang merugikan
gereja kita jika kita tidak mengajarkan kepada mereka bagaimana
berpikir secara teologis tentang teknologi.
Orang-orang Digital Native sedang memenuhi gereja-gereja kita. Atau
sebaliknya, barangkali permasalahan yang lebih besar adalah bahwa
mereka tidak sedang melakukannya. Beritakanlah Injil, pastinya jangan
mengubah hal itu, tetapi pertimbangkan bagaimana kita bisa beradaptasi
dengan generasi internet. (t/Odysius)
Sumber:
Nama situs: Millennial Evangelical
Alamat URL: http://www.millennialevangelical.com/5-ways-your-church-can-adapt-to-digital-natives/
Judul asli artikel: 5 Ways Your Church Can Adapt to "Digital Natives"
Penulis artikel: Chris Martin
Diambil dan disunting dari:
Nama situs: Apps4God
Alamat URL: http://apps4god.org/artikel/Lima-Cara-untuk-Gereja-Anda-Dapat-Beradaptasi-terhadap-Orang-Orang-Digital-Native.php
Tanggal akses: 18 Juli 2016
WARNET PENA: EDISI KHUSUS HARI ANAK NASIONAL DARI MASA KE MASA
Hampir setiap tahun, khususnya sejak tahun 2007, e-BinaAnak turut
menyambut Hari Anak Nasional dengan memberikan edisi-edisi khusus.
Banyak sekali bahan menarik yang kami kirimkan melalui edisi-edisi
khusus tersebut. Oleh karena itu, untuk memeriahkan HAN tahun ini,
kami daftarkan arsip e-BinaAnak seputar HAN sepanjang masa. Kiranya
menjadi berkat bagi kita semua.
1. Hari Anak Nasional
Terbit: 10-7-2001
--> http://www.sabda.org/publikasi/e-binaanak/037
2. Edisi Khusus SABDA Space (HAN 2007)
Terbit: 23-7-2007
--> www.sabda.org/publikasi/e-binaanak/340/
3. Edisi Khusus: Hari Anak Nasional 2009
Terbit: 22-7-2009
--> http://www.sabda.org/publikasi/e-binaanak/442
4. Anak Indonesia yang Jujur (HAN 2010)
Terbit: 8-7-2010
--> http://www.sabda.org/publikasi/e-binaanak/490
5. Anak Indonesia yang Berkelakuan Baik (HAN 2010)
Terbit: 5-7-2010
--> http://www.sabda.org/publikasi/e-binaanak/491
6. Anak Indonesia yang Cerdas dan Berprestasi (HAN 2010)
Terbit: 12-07-2010
--> http://www.sabda.org/publikasi/e-binaanak/493
7. Hari Anak Nasional 2011 (I)
Terbit: 6-7-2011
--> http://www.sabda.org/publikasi/e-binaanak/541
8. Hari Anak Nasional 2011 (II)
Terbit: 13-7-2011
--> http://www.sabda.org/publikasi/e-binaanak/542
9. Hari Anak Nasional 2011 (III)
Terbit: 20-7-2011
--> http://www.sabda.org/publikasi/e-binaanak/543
10. Hari Anak Nasional 2011 (IV)
Terbit: 27-7-2011
--> http://www.sabda.org/publikasi/e-binaanak/544
11. HAN 2012: Bersatu Mewujudkan Indonesia Ramah Anak (I)
Terbit: 4-7-2012
--> http://www.sabda.org/publikasi/e-binaanak/592
12. HAN 2012: Bersatu Mewujudkan Indonesia Ramah Anak (II)
Terbit: 11-7-2012
--> http://www.sabda.org/publikasi/e-binaanak/593
13. Edisi Khusus HAN 2013: Pengasuhan Anak dalam Keluarga
Terbit: 24-7-2013
--> http://www.sabda.org/publikasi/e-binaanak/646
14. Edisi Khusus HAN 2014
Terbit: 23-7-2014
--> http://www.sabda.org/publikasi/e-binaanak/683
15. Hari Anak Nasional 2015: Anak Indonesia yang Berhasil (I)
Terbit: 9-7-2015
--> http://sabda.org/publikasi/e-binaanak/708
16. Hari Anak Nasional 2015: Anak Indonesia yang Berhasil (I)
Terbit: 23-7-2015
--> http://sabda.org/publikasi/e-binaanak/709
17. Hari Anak Nasional 2015: Menyambut HAN 2015 dengan Gerakan "Apps4God" (III)
Terbit: 23-7-2015
--> http://sabda.org/publikasi/e-binaanak/710
18. HAN 2016: Gereja Ramah Generasi Digital Native (I)
Terbit: 13-7-2016
--> http://sabda.org/publikasi/e-binaanak/734
19. HAN 2016: Gereja Ramah Generasi Digital Native (II)
Terbit: 20-7-2016
--> http://sabda.org/publikasi/e-binaanak/735
Kontak: binaanak(at)sabda.org
Redaksi: Davida, Rostika, dan Elly
Berlangganan: subscribe-i-kan-binaanak(at)hub.xc.org
Berhenti: unsubscribe-i-kan-binaanak(at)hub.xc.org
Arsip: http://sabda.org/publikasi/e-binaanak/arsip/
BCA Ps. Legi Solo, No. 0790266579, a.n. Yulia Oeniyati
(c) 2016 -- Yayasan Lembaga SABDA < http://ylsa.org > 
Untuk berlangganan kirim e-mail ke: subscribe-i-kan-BinaAnak hub.xc.org
Untuk berhenti kirim e-mail ke: unsubscribe-i-kan-BinaAnak hub.xc.org
Untuk arsip: http://www.sabda.org/publikasi/e-binaanak/
Pusat Elektronik Pelayanan Anak Kristen: http://www.sabda.org/pepak/
|
|