Search:

___e-BinaAnak (Milis Publikasi Elektronik untuk Para Pembina Anak)____

  DAFTAR ISI EDISI 484/Mei/2010

  - SALAM DARI REDAKSI: Menjadi Teladan dalam Kehidupan Bergereja
  - ARTIKEL: Mama Menanam Saya di Gereja
  - TIPS: Memelihara Kehidupan Bergereja
  - MUTIARA GURU
  - BAHAN MENGAJAR: Pertama Kali Yesus Dibawa Ke Bait Allah -- Gereja
______________________________________________________________________
   Korespondensi dan kontribusi bahan dapat dikirimkan ke redaksi:
 < binaanak(at)sabda.org> atau <owner-i-kan-binaanak(at)hub.xc.org >

        Bergabunglah dalam Fan Page e-BinaAnak di Facebook!
        Kunjungi sekarang juga: http://fb.sabda.org/binaanak
______________________________________________________________________
SALAM DARI REDAKSI

                MENJADI TELADAN DALAM KEHIDUPAN BERGEREJA

  Shalom,

  Sebuah observasi dilakukan dalam sebuah gereja yang memiliki ratusan
  anak sekolah minggu. Hasilnya adalah setelah anak-anak sekolah
  minggu tersebut beranjak dewasa, mereka pindah ke gereja lain atau
  tidak bergereja sama sekali. Observasi lebih lanjut dilakukan dan
  ternyata sebagian besar dari puluhan guru sekolah minggu yang
  mengajar di situ nyaris tidak memiliki kehidupan bergereja. Berbagai
  alasan pun mencuat mulai dari kesibukan pelayanan sampai dengan
  kurang "mood". Dan hal ini, tanpa disadari telah menular ke
  anak-anak layan mereka.

  Sebagai seorang pelayan anak yang setiap minggunya harus membagikan
  firman Tuhan kepada anak-anak didiknya, maka ia sendiri harus secara
  disiplin mengisi "baterai" dan bersekutu dengan saudara seiman di
  gereja agar dia bisa terus menjadi terang di antara anak-anak
  didiknya. Namun, bukan hanya itu fungsi gereja. Guru sendiri harus
  bertumbuh dewasa dalam kehidupan bergereja. Seperti kata Andar
  Ismail dalam artikel minggu ini, "kita harus ditanam dalam rumah
  Tuhan!" Lalu, bagaimana caranya menjaga "mood" supaya tetap rajin
  bergereja? Rick Warren memberikan beberapa saran praktis yang dapat
  Anda baca dalam kolom Tips.

  Selamat bergereja!

  Pimpinan Redaksi e-BinaAnak,
  Davida Welni Dana
  < evie(at)in-christ.net >
  http://pepak.sabda.org
  http://fb.sabda.org/binaanak
______________________________________________________________________

  "Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah
  kita, seperti dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi marilah kita
      saling menasihati, dan semakin giat melakukannya menjelang
             hari Tuhan yang mendekat." (Ibrani 10:25)
             < http://alkitab.sabda.org/?Ibrani+10:25 >
______________________________________________________________________
ARTIKEL

                    MAMA MENANAM SAYA DI GEREJA

  Pagi buta saya sudah dibangunkan, padahal saya masih ingin terus
  tidur. Lalu mama menyuruh saya untuk mengenakan pakaian yang bagus;
  kami akan ke gereja. Pada waktu itu umur saya sekitar 4 tahun.
  Itulah kenangan saya yang paling dini tentang gereja.

  Di luar, udara dingin Bandung langsung menusuk. Pagi itu udara masih
  berkabut. Bersama ketiga kakak perempuan saya, kami berjalan ke
  gereja. Gereja kami terletak di Jalan Kebonjati.

  Sekolah minggu diadakan dalam ruangan-ruangan di bagian belakang
  gereja. Kami duduk tenggelam di kursi besar mengitari meja panjang
  bertaplak hijau. Di ujung depan meja terdapat beberapa buku, entah
  buku apa. Ada juga palu kayu berukir. Suasana ruangan itu kaku dan
  tegang. Yang menarik hanya pigura besar bergambar Yesus memegang
  tongkat panjang dengan ujung melengkung. Murid di kelas saya
  berjumlah lima anak, jadi masih banyak kursi yang kosong. Di
  kemudian hari baru saya tahu bahwa ruangan itu adalah konsistori dan
  ruang rapat majelis jemaat.

  Di ruangan itulah saya pertama kali mendengar cerita tentang
  Abraham, Yesus, Daniel, Paulus, Debora, dan yang lainnya. Guru
  sekolah minggunya gemuk. Senyumnya lebar. Sikapnya ramah. Namanya Om
  Sioe Beng. Ia mengajar dengan penuh semangat. Pernah ia memperagakan
  sesuatu lalu lengannya terayun memukul kepala saya karena saya duduk
  paling dekat dengan dia. Ketika bubar ia berjongkok dan
  mengelus-elus kepala saya sambil berkata, "Maaf, Om nggak sengaja
  pukul kepala Hong An. Minggu depan Hong An datang seperti biasa,
  ya?"

  Kami bergegas pulang. Kadang-kadang di tengah jalan saya ingin
  menonton tentara Jepang berbaris, tetapi tangan saya langsung
  ditarik oleh kakak. Ketika itu Bandung diduduki pasukan Jepang.
  Setiba di rumah, giliran mama yang berangkat ke gereja.

  Mama hampir selalu mengajak saya untuk menemaninya ke gereja. Selama
  ibadah saya menunggu di luar. Di samping dan belakang gereja ada
  pelataran yang luas dan berpohon rindang. Sambil menunggu saya juga
  sering duduk di tangga depan mengamat-amati pintu angin yang bisa
  tertutup sendiri oleh tarikan per. Saya dorong pintu itu pelan, lalu
  pintu itu tertutup kembali perlahan-lahan. Saya dorong kuat-kuat,
  langsung ia tertutup kembali dengan cepat. Asyik! Pernah saya
  ditegur oleh seorang pria yang berdasi dan ia menyuruh saya menjauhi
  pintu. Tetapi pada hari Minggu berikutnya saya dorong-dorong lagi
  pintu ajaib itu.

  Tiap Selasa sore saya menemani mama lagi ke gereja. Mama belajar
  katakese. Selain katakese, mama ikut pertemuan kaum wanita tiap Rabu
  sore. Begitulah saya pergi ke gereja tiga kali seminggu.

  Kemudian ketika saya mulai bersekolah, SDK Penabur terletak tepat di
  belakang gereja dan hanya dibatasi oleh pagar yang pendek. Mata
  pelajaran menyanyi kadang-kadang diadakan di dalam gedung gereja.
  Pernah pula selama beberapa bulan tiap pagi ada pembagian bubur
  havermut di gereja untuk para murid.

  Beberapa tahun kemudian papa berhenti bekerja karena sakit. Mama
  mencari nafkah di sana-sini. Makanan di rumah semakin terbatas. Pada
  suatu hari beberapa orang penatua berkunjung dan memberitahukan
  bahwa kami dijadikan anggota diakoni, sehingga saya sering membantu
  mama mengambil pembagian beras, ikan asin, dan kecap di gereja.

  Jika di gereja diadakan pertemuan besar, kaum wanita memasak secara
  sukarela. Mama saya selalu menjadi pemasak di gereja. Jadi, tiap
  kali ada acara seperti itu, saya selalu menemani mama berjalan ke
  gereja.

  Pada suatu kali gereja mengadakan bazar untuk mengumpulkan dana
  pembangunan gereja. Mama membantu memasak. Pelataran belakang gereja
  penuh dengan tenda. Ada stan ketangkasan lempar bola tenis ke
  tumpukan kaleng. Ada pameran dan penjualan tanaman, dan lain
  sebagainya. Yang paling ramai dikunjungi adalah stan makanan. Semua
  kursi dan meja di stan itu terisi penuh. Rupa-rupa makanan
  disajikan. Yang memikat saya adalah lontong sayur. Ada seorang tante
  yang begitu cekatan. Ia meletakkan lontong itu di telapak tangan,
  lalu dengan tangan yang lain ia memotong lontong itu serong-serong.
  Bagian yang belum terpotong dibungkusnya kembali. Lontong itu tampak
  pulen dan putih. Dari pojok halaman yang gelap saya meneteskan air
  liur. Saya berdiri dari jauh sebab mama sering berpesan, "Kalau owe
  nonton tukang makanan, nontonnya dari jauh. Kalau nonton dari dekat,
  nanti dikira mau beli."

  Selain itu yang membuat saya lebih sering lagi datang ke gereja
  adalah kegiatan pramuka. Tiap Sabtu sore kami berlatih di halaman
  belakang gereja. Jika ada api unggun, kami tinggal di sana sampai
  malam, belum lagi jika ada aksi sosial, latihan sandiwara, atau
  kegiatan lainnya.

  Begitulah, saya betul-betul tiap hari berada di gereja. Dari usia 4
  sampai 12 tahun, GKI Kebonjati adalah rumah kedua saya. Saya tumbuh
  di gereja. Saya besar di gereja. Saya seolah-olah ditanam di
  pelataran gereja, seperti kata pemazmur di Mazmur 92:13-16). Di
  dalam ayat-ayat tadi tercantum kata-kata "bertunas" dan "berbuah".
  Apakah saya telah bertunas dan berbuah? Wallahualam! Hanya Yang di
  Atas yang berhak menilainya.

  Entah dengan sengaja atau tidak, mama telah menanam saya di
  pelataran gereja. Kalau orang bertanya di manakah awal karier saya,
  saya akan menjawabnya "Di pelataran Gereja Jalan Kebonjati Bandung".
  Di situ saya merupakan benih kecil yang ditanam. Di situ saya
  belajar bertumbuh; bertumbuh dari anak diakoni menjadi pendeta, dari
  murid sekolah minggu menjadi dosen teologi, dan dari yang belum bisa
  baca menjadi penulis buku.

  Diambil dan disunting dari:
  Judul buku: Selamat Bergereja: 33 Renungan tentang Komunitas Iman
  Penulis: Andar Ismail
  Penerbit: PT BPK Gunung Mulia, Jakarta 2009
  Halaman: 61 -- 64
______________________________________________________________________
TIPS

  Seorang guru sekolah minggu yang terus-menerus memelihara kehidupan
  bergereja dapat menjadi teladan bagi murid-muridnya dalam rangka
  mempersiapkan mereka menjadi tiang-tiang gereja yang kukuh pada masa
  yang akan datang. Namun, disiplin bergereja memang tidaklah selalu
  mudah. Ada kalanya terjadi hal-hal yang tidak kita harapkan, yang
  merusak kesatuan dan keharmonisan dalam persekutuan dengan keluarga
  gereja Anda. Hal tersebut dapat membuat kita segan untuk
  mendengungkan pentingnya hidup bergereja. Apa yang harus kita
  lakukan jika terjadi hal seperti itu? Simaklah tips di bawah ini.

                    MEMELIHARA KEHIDUPAN BERGEREJA

  1. Pusatkan perhatian pada persamaan-persamaan yang kita miliki,
     bukan perbedaan-perbedaan kita. Kita harus ingat bahwa Allahlah
     yang memilih untuk memberi kita kepribadian, latar belakang,
     bangsa, dan preferensi yang berbeda. Jadi, kita seharusnya
     menghargai dan menikmati perbedaan-perbedaan tersebut, bukan
     hanya menerimanya. Allah menginginkan kesatuan, bukan
     keseragaman. Namun, demi kesatuan, kita tidak pernah boleh
     membiarkan perbedaan memecah-belah gereja-Nya. Kita harus tetap
     mengutamakan apa yang paling penting, belajar untuk saling
     mengasihi sebagaimana Kristus telah mengasihi kita.

  2. Bersikaplah realistis dengan harapan-harapan Anda. Begitu Anda
     menemukan apa yang dimaksud Allah dengan persekutuan yang sejati,
     mudah untuk menjadi patah semangat karena adanya jurang antara
     yang ideal dan yang nyata di dalam kehidupan bergereja Anda.
     Namun, kita harus bersungguh-sungguh mengasihi gereja sekalipun
     ada ketidaksempurnaannya. Jika kita terus merindukan yang ideal
     sementara mengkritik yang nyata adalah bukti dari sikap
     ketidakdewasaan. Sebaliknya, tinggal dalam kenyataan tanpa
     memperjuangkan yang ideal merupakan sikap puas dengan diri
     sendiri. Orang-orang percaya lainnya akan mengecewakan Anda,
     tetapi itu bukanlah alasan untuk berhenti bersekutu dengan
     mereka.

  3. Pilihlah untuk membangkitkan semangat dan bukan mengkritik.
     Selalu lebih mudah untuk berdiri di tepi dan menembak orang-orang
     yang sedang melayani daripada terlibat dan memberikan sumbangsih.
     Allah memperingatkan kita berulang-ulang untuk tidak mengkritik,
     membanding-bandingkan, atau menghakimi satu sama lain. Bila Anda
     mengkritik apa yang sedang dikerjakan oleh orang percaya lainnya
     dengan iman dan karena keyakinan yang tulus, berarti Anda
     mencampuri urusan Allah.

  4. Jangan mendengarkan gosip. Gosip adalah menceritakan informasi
     ketika Anda bukan bagian dari masalahnya dan juga bukan bagian
     dari pemecahannya. Pada saat seseorang mulai bergosip kepada
     Anda, milikilah keberanian untuk berkata, "Tolong hentikan! Saya
     tidak perlu mengetahui hal ini. Sudahkah Anda bicara langsung
     kepada orang tersebut?" Jika Anda mendengarkan gosip, Allah
     berkata bahwa Anda adalah seorang pembuat onar (Yudas 1:19).

  5. Dukunglah gembala sidang dan para pemimpin Anda. Tidak ada
     pemimpin yang sempurna, tetapi Allah memberi mereka tanggung
     jawab dan otoritas untuk memelihara kesatuan gereja. Kita
     memelihara kehidupan gereja kita bila kita menghargai orang-orang
     yang melayani kita dengan memimpin. Para gembala sidang dan
     penatua membutuhkan doa, dukungan, penghargaan, dan kasih kita.

  Disunting dari sumber:
  Judul artikel asli: Melindungi Gereja Anda
  Judul buku: The Purpose Driven Life: Kehidupan yang Digerakkan oleh
              Tujuan
  Penulis: Rick Warren
  Penerbit: Gandum Mas, Malang 2004
  Halaman: 179 -- 186

  Artikel ini pernah dipublikasikan dalam e-BinaAnak Edisi 230
  ==> http://sabda.org/publikasi/e-binaanak/230/
____________________________________________________________________
MUTIARA GURU

     Bergereja adalah salah satu cara yang terpenting bagi kita
               untuk bertumbuh dalam Yesus Kristus.
                        - Howard Synder -
______________________________________________________________________
BAHAN MENGAJAR

        PERTAMA KALI YESUS DIBAWA KE BAIT ALLAH -- GEREJA

  Pembacaan Alkitab: Lukas 2:21-40

  Cerita Alkitab:

  Maria dan Yusuf membawa Yesus menuju ke Bait Allah -- gereja di
  Yerusalem. Maria menggendong bayi Yesus, dan Yusuf berjalan di
  sampingnya.

  Mereka berjalan dan berjalan terus. Hari itu adalah hari yang
  bahagia bagi Maria dan Yusuf. Bayi Yesus belum dapat berjalan. Ia
  hanya sudah cukup besar untuk dibawa ke Bait Allah -- gereja.

  Maria dan Yusuf tiba di Bait Allah -- gereja. Mereka bertemu dengan
  seorang laki-laki tua yang baik hati bernama Simeon. Simeon
  menggendong bayi Yesus. "Bayimu akan menjadi orang yang paling benar
  di antara semua manusia," kata Simeon kepada Yusuf dan Maria. "Ia
  akan menolong banyak orang. Ia tidak pernah melakukan kesalahan. Ia
  akan mengajar setiap orang untuk hidup dengan benar." Kemudian
  Simeon menundukkan kepalanya. Ia berkata, "Kami bersyukur kepada-Mu,
  ya Allah, atas bayi Yesus yang telah Engkau karuniakan kepada kami."

  Ada seorang lagi di Bait Allah yang bertemu bayi Yesus, yaitu Hana.
  Hana adalah seorang wanita baik yang mengasihi Allah. Allah
  memberitahu Hana bahwa bayi Yesus adalah Anak Allah. Dengan penuh
  sukacita ia pergi ke luar untuk memberitahukan semua sahabatnya
  bahwa ia telah melihat Anak Allah.

  Maria dan Yusuf pulang ke rumah. Mereka ingat akan
  peristiwa-peristiwa yang mengherankan yang telah dikatakan Simeon
  dan Hana tentang bayi Yesus.

  Diambil dan disunting dari:
  Judul buku: Cerita Alkitab yang Suka Kudengarkan: Seri Cerita
              Alkitab untuk Anak-Anak Tingkat Persiapan Tahun Kedua
  Penulis: Tidak dicantumkan
  Penerbit: Kalam Hidup, Bandung
  Halaman: 24
_____________________________________________________________________
Alamat berlangganan: < subscribe-i-kan-BinaAnak(at)hub.xc.org >
Alamat berhenti: < unsubscribe-i-kan-BinaAnak(at)hub.xc.org>
Pertanyaan/saran/bahan: < owner-i-kan-BinaAnak(at)hub.xc.org >
Arsip e-BinaAnak: http://www.sabda.org/publikasi/e-binaanak
Pusat Elektronik Pelayanan Anak Kristen: http://pepak.sabda.org

Kunjungi Blog SABDA di: http://blog.sabda.org

Bergabunglah dalam forum diskusi pelayanan anak di In-Christ.Net di:
http://www.in-christ.net/forum/?board=8.0

Bergabunglah dalam Fan Page e-BinaAnak: http://fb.sabda.org/binaanak
______________________________________________________________________
Pimpinan Redaksi: Davida Welni Dana
Staf Redaksi: Tatik Wahyuningsih

Isi dan bahan adalah tanggung jawab Yayasan Lembaga SABDA
Didistribusikan melalui sistem network I-KAN
Copyright(c) e-BinaAnak 2010 / YLSA -- http://www.ylsa.org
Katalog SABDA: http://katalog.sabda.org
Rekening: BCA Pasar Legi Solo No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati

______________PUBLIKASI ELEKTRONIK UNTUK PEMBINAAN GURU_______________

Untuk berlangganan kirim e-mail ke: subscribe-i-kan-BinaAnakhub.xc.org
Untuk berhenti kirim e-mail ke: unsubscribe-i-kan-BinaAnakhub.xc.org
Untuk arsip: http://www.sabda.org/publikasi/e-binaanak/

Pusat Elektronik Pelayanan Anak Kristen: http://www.sabda.org/pepak/

 

Disclaimer | © e-BinaAnak 2011 | Buku Tamu | Yayasan Lembaga SABDA (YLSA) | E-mail: webmastersabda.org
Bank BCA Cabang Pasar Legi Solo - No. Rekening: 0790266579 - a.n. Yulia Oeniyati | Laporan Masalah/Saran