Search:

___e-BinaAnak (Milis Publikasi Elektronik untuk Para Pembina Anak)____

e-BinaAnak -- Aku dan Keluargaku (II)
680/Juni/II/2014

Salam dalam kasih Kristus,

Ketika setiap anggota keluarga dapat menjalankan perannya dengan baik, 
keluarga tersebut akan mengalami keharmonisan. Ada banyak cara yang 
bisa diusahakan untuk mewujudkan keharmonisan tersebut, salah satunya 
adalah dengan menyadari dan melakukan tanggung jawab masing-masing. 
Sebagai pelayan anak, mari kita menanamkan kepada anak-anak layan 
bahwa mereka pun memiliki tanggung jawab kepada orang tua, dan itu 
harus dilakukan. Bagaimana firman Tuhan memberi penjelasan mengenai 
hal ini? Simaklah e-BinaAnak edisi kali ini secara utuh dan terapkan 
pelajaran maupun permainannya bersama anggota kelas atau keluarga 
kita. Selamat menyimak, Tuhan Yesus memberkati.

Staf Redaksi e-BinaAnak,
Santi T.
< http://pepak.sabda.org/>


Keluarga menjadi tempat pertama kita mengenal kasih Tuhan. (Tilestian)


              TIP: TANGGUNG JAWAB ANAK KEPADA ORANG TUA

Salah satu dari Sepuluh Hukum Tuhan adalah "Hormatilah ayahmu dan 
ibumu supaya lanjut umurmu di tanah yang diberikan Tuhan Allahmu 
kepadamu." (Keluaran 20:12)

Sebenarnya, apa makna "hormat" di sini?

1. Hormat berarti bersikap santun dan patuh terhadap orang tua. Di 
dalam Hukum Taurat, tertera perintah yang mengharuskan orang Israel 
menjatuhkan sanksi berat (kematian) kepada anak yang mengutuki orang 
tuanya -- "Apabila ada seseorang yang mengutuki ayahnya atau ibunya, 
pastilah ia dihukum mati; ia telah mengutuki ayahnya atau ibunya, maka 
darahnya tertimpa kepadanya sendiri." (Imamat 20:9)

2. Hormat berarti bertanggung jawab memelihara kelangsungan hidup 
orang tua. Tuhan Yesus menegur orang Yahudi, yang menyelewengkan 
perintah Tuhan tentang persembahan atas dasar ketidakrelaan memenuhi 
kebutuhan orang tua (Matius 15:3-6). Juga, sebelum Tuhan Yesus mati di 
kayu salib, Ia meminta Yohanes untuk memelihara Maria, ibu-Nya 
(Yohanes 19:26-27). Semua ini memperlihatkan bahwa Tuhan menginginkan 
kita untuk bertanggung jawab memelihara kelangsungan hidup orang tua 
kita.

Namun, kita juga harus memahami batas hormat kepada orang tua karena 
perintah ini diberikan bukan tanpa batas.

1. Kendati kita harus patuh kepada orang tua, tetapi kepatuhan kita 
tidak boleh melebihi kepatuhan kepada Tuhan sendiri. Firman Tuhan 
mengingatkan, "Barangsiapa mengasihi bapa atau ibunya lebih daripada-
Ku, ia tidak layak bagi-Ku." (Matius 10:37)

2. Walaupun keluarga jasmaniah adalah penting, tetapi bagi Tuhan yang 
terpenting adalah keluarga rohaniah. Pada waktu Yesus sedang mengajar, 
ibu dan saudara-Nya datang mengunjungi-Nya. Yesus menegaskan, 
"Siapakah ibu-Ku dan siapakah saudara-saudara-Ku? Sebab siapa pun yang 
melakukan kehendak bapa-Ku di sorga, dialah saudara-Ku ... dialah ibu-
Ku." (Matius 12:46-50)

3. Tanggung jawab kepada orang tua lebih bersifat fisik ketimbang 
emosional. Anak berkewajiban memelihara kelangsungan hidup orang tua 
ketika orang tua tidak lagi dapat memenuhi kebutuhannya. Namun, anak 
tidak berkewajiban membuat orang tua senang secara membabi buta; 
menyenangkan orang tua mempunyai batasnya. Firman Tuhan mencatat, 
"Seorang lain, yaitu salah seorang murid-Nya berkata kepada-Nya, 
`Tuhan, izinkanlah aku pergi terlebih dahulu menguburkan ayahku.` 
Tetapi Yesus berkata kepadanya, `Ikutlah Aku dan biarlah orang-orang 
mati menguburkan orang-orang mati mereka.`" (Matius 8:21-22)

4. Setelah kita menikah, kita harus mengutamakan keluarga sendiri 
tanpa harus melepaskan tanggung jawab kita sebagai anak kepada orang 
tua. Itu sebabnya, Tuhan berfirman, "Sebab itu seorang laki-laki akan 
meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan istrinya, sehingga 
keduanya menjadi satu daging." (Kejadian 2:24) Harus ada sebuah tindak 
pemisahan dan prioritas sehingga keluarga yang baru dapat berdiri 
dengan mandiri.

Diambil dan disunting dari:
Nama situs: Kesejahteraan Keluarga Kristen
Alamat URL: http://altarfamily.blogspot.com/2011/11/tanggung-jawab-anak-kepada-orang-tua.html
Penulis: David B.
Tanggal akses: 11 Juni 2014


       AKTIVITAS: PENTINGNYA TUHAN YESUS BAGI KELUARGA KRISTEN
Ditulis oleh: Santi T.

Ayat Alkitab: Mazmur 119:105

Tujuan:

1. Menolong keluarga untuk menyadari betapa pentingnya firman Tuhan.

2. Firman Tuhan menjadi penopang hidup keluarga Kristen.

3. Menolong keluarga untuk menghafal dan memahami firman Tuhan.

Cara bermain (dalam posisi berdiri):

1. Anggota keluarga dibagi menjadi 2 kelompok. Satu kelompok minimal 
terdiri dari 2 orang.

2. Kelompok 1: memilih satu kutipan ayat Alkitab dan membacakannya.

Kelompok 2: mendengarkan bacaan ayat Alkitab kelompok 1, lalu mengisi 
bunyi "tet tet" dengan kata-kata yang sesuai dengan isi ayat Alkitab 
tersebut. Contoh: Ayat yang dipilih: 1 Korintus 3:23

a. Kelompok 1 membaca 1 Korintus 3:23, "Tetapi kamu adalah milik 
Kristus dan Kristus adalah milik Allah."

b. Kelompok 1 membaca ayat tersebut sekali lagi, dengan cara: "Tetapi 
... tet ... tet ... adalah ... tet ... tet ... Kristus dan ... tet ... 
tet ... adalah ... tet ... tet ... Allah."

c. Kelompok 2 harus mengisi bunyi "tet tet" dengan kata-kata yang 
benar.

3. Jika ada anggota kelompok yang salah dalam mengisi bunyi "tet tet" tersebut, ia harus mendapat sanksi.

a. Salah 1x: membungkuk.
b. Salah 2x: jongkok.
c. Salah 3x: tersungkur.

Pelajaran:

1. Jika kita bisa hidup dalam firman Tuhan, kita akan mendapatkan 
"hidup" yang sejati (dianalogikan dengan posisi berdiri).

2. Jika kita tidak hidup dalam firman Tuhan, kita akan mati 
(dianalogikan dengan posisi tersungkur).

Penutup:

1. Ajak anak-anak membaca Mazmur 119:105.

2. Minta anak-anak untuk mendoakan teman di kiri dan kanannya untuk 
makin mencintai firman Tuhan yang adalah pelita hidup kita.

3. Guru/orang tua bisa menutup doa bersama dengan mendoakan anak-anak 
agar Tuhan Yesus menolong mereka untuk mampu melakukan firman Tuhan 
dalam kehidupan mereka.


            MUTIARA GURU: KELUARGA BAGI KEMULIAAN TUHAN

Bacaan: 1 Samuel 2:11-26

Keluarga adalah salah satu lembaga yang didirikan Tuhan di dunia ini, 
maka seharusnya keluarga itu memuliakan Tuhan. Lalu, bagaimana 
seharusnya orang tua mengarahkan anak-anaknya agar hidup takut akan 
Tuhan?

Dalam bacaan hari ini, kita membandingkan dua keluarga, yaitu keluarga 
Imam Eli dan keluarga Hana. Eli adalah imam yang berhasil memerintah 
sebagai hakim di Israel selama empat puluh tahun (1 Samuel 4:18). Ia 
menurunkan jabatannya kepada kedua anaknya, yakni Hofni dan Pinehas. 
Namun, ia tidak mampu mempersiapkan kerohanian mereka untuk hidup 
sungguh-sungguh di dalam Tuhan. Dengan status sebagai imam, kedua anak 
itu disebut sebagai orang-orang dursila yang tidak menghormati Tuhan, 
bahkan memandang rendah korban untuk Tuhan. Mereka begitu tamak dan 
rakus sehingga lemak yang seharusnya merupakan kurban untuk Tuhan pun 
dijarah (12-17). Hal memalukan lainnya adalah moral mereka yang begitu 
rendah (22). Imam Eli sendiri tidak memiliki ketegasan dalam mendidik 
anak-anaknya. Ini terlihat dari sikapnya yang hanya memberi nasihat, 
tanpa adanya tindakan untuk mendisiplin mereka. Padahal, anak-anaknya 
begitu keji di hadapan Tuhan. Maka, Tuhan mengeraskan hati anak-
anaknya dan akan membinasakan mereka (23-25).

Bagaimana dengan keluarga Hana? Hana beriman kepada Tuhan. Ia 
menggantungkan hidup dan harapannya sepenuhnya kepada Tuhan. Setelah 
Samuel anaknya diserahkan ke rumah Tuhan, setiap tahun ibunya membuat 
baju efod baginya dari kain linen (18-19). Keluarga Elkana pun makin 
diberkati Tuhan (20-21). Kehidupan Samuel juga terlihat kontras bila 
dibandingkan dengan anak-anak Eli. Samuel kecil semakin disukai, baik 
oleh Tuhan maupun manusia (26).

Belajar dari kedua keluarga di atas, bangunlah keluarga kita di atas 
kebenaran firman Tuhan. Bila Anda adalah orang tua, didiklah anak-anak 
Anda untuk menghormati Tuhan. Dan, jangan lupa untuk menegur dan 
mendisiplin anak-anak Anda bila mereka menyimpang dari jalan 
kebenaran.

Diambil dan disunting dari:
Nama situs: SABDA.org
Alamat URL: http://sabda.org/publikasi/e-sh/2014/04/26/
Penulis: Tidak dicantumkan
Tanggal akses: 5 Juni 2014


STOP PRESS: DAPATKAN PUBLIKASI 40 HARI DOA, "MENGASIHI BANGSA DALAM DOA"!

Sebagai orang percaya, kita tentu rindu melihat semakin banyak orang 
mengenal Injil dan beroleh jalan kepada Kristus dalam kehidupan 
mereka. Doa merupakan salah satu upaya yang dapat kita lakukan agar 
kuasa Tuhan bekerja demi tujuan tersebut. Untuk itu, kami mengajak 
Anda bersatu hati dalam doa bagi saudara-saudara kita, khususnya bagi 
mereka yang akan melaksanakan ibadah puasa bulan Juni-Juli mendatang.

Anda rindu untuk mengambil bagian berdoa bagi bangsa-bangsa? Silakan 
kirimkan e-mail ke: ==> < subscribe-i-kan-buah-doa(at)hub.xc.org > dan 
kami akan mengirimkan pokok-pokok doa dalam versi e-mail untuk Anda.

Silakan ajak teman-teman Anda juga untuk bergabung dengan kita. Anda 
cukup mengirimkan alamat e-mail mereka ke Redaksi e-Doa di: < 
doa(at)sabda.org >

Mari kita berpuasa dan berdoa bersama-sama untuk Indonesia agar 
semakin banyak orang mendapat jamahan dari Tuhan, dan Indonesia penuh 
kemuliaan-Nya. Mari kita menjadi pendoa-pendoa yang mengasihi bangsa-
bangsa, khususnya bangsa Indonesia.


Kontak: binaanak(at)sabda.org
Redaksi: Davida, Santi T., dan Elly
Berlangganan: subscribe-i-kan-binaanak(at)hub.xc.org
Berhenti: unsubscribe-i-kan-binaanak(at)hub.xc.org
Arsip: http://sabda.org/publikasi/e-binaanak/arsip/
BCA Ps. Legi Solo, No. 0790266579, a.n. Yulia Oeniyati
(c) 2014 -- Yayasan Lembaga SABDA < http://ylsa.org >

Untuk berlangganan kirim e-mail ke: subscribe-i-kan-BinaAnakhub.xc.org
Untuk berhenti kirim e-mail ke: unsubscribe-i-kan-BinaAnakhub.xc.org
Untuk arsip: http://www.sabda.org/publikasi/e-binaanak/

Pusat Elektronik Pelayanan Anak Kristen: http://www.sabda.org/pepak/

 

Disclaimer | © e-BinaAnak 2011 | Buku Tamu | Yayasan Lembaga SABDA (YLSA) | E-mail: webmastersabda.org
Bank BCA Cabang Pasar Legi Solo - No. Rekening: 0790266579 - a.n. Yulia Oeniyati | Laporan Masalah/Saran